UJUNA, MERCUSUAR – Journastoria dengan dukungan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sulawesi Tengah dan Yayasan Karuna Dipa, melaksanakan kegiatan Jalan-jalan Sejarah (JJS) bertajuk Menyusuri Jejak Masyarakat Tionghoa di Kota Palu, Senin (10/11/2025). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan.
Kegiatan yang diikuti puluhan peserta yang berasal dari berbagai latar belakang, antara lain mahasiswa, pegiat literasi, jurnalis, komunitas, serta kalangan umum. Pada kegiatan tersebut, para peserta berkumpul di lokasi bekas Sekolah Tionghoa (Chung Hwa Xue Xiao) yang menjadi titik kumpul. Di lokasi tersebut, pemandu menjelaskan tentang sejarah sekolah yang didirikan pada tahun 1921 tersebut, hingga kemudian ditutup pada tahun 1965. Sekolah ini pada prosesnya tidak hanya menerima siswa Tionghoa saja tetapi juga siswa dari kalangan masyarakat lokal dan masyarakat pendatang lainnya di Kota Palu.
“Setelah ditutup, gedung sekolah kemudian diambil alih oleh pemerintah daerah dan kemudian diserahkan penggunaannya kepada IKIP Ujung Pandang cabang Palu. Saat ini, lokasi tersebut berstatus Barang Milik Negara (BMN), dengan penggunaan diserahkan ke Universitas Tadulako (Untad),” ujar Jefri selaku pemandu.
Dari sekolah tersebut, peserta kemudian beranjak ke Vihara Karuna Dipa yang terletak di Jalan Gajah Mada, yang dulu dikenal dengan nama Klenteng Kwan Im. Klenteng ini didirikan oleh Phan A Lin (Jo Pit Nio) pada tahun 1942. Pengurus PSMTI Sulteng, Ito Lawputra menjelaskan, pada tahun 1981, klenteng ini beralih fungsi menjadi Vihara Karuna Dipa, menyusul Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1980 dan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1980, yang mewajibkan setiap rumah ibadah memiliki pengurus berstatus Warga Negara Indonesia dan terdaftar di Departemen Agama.
Dari vihara tersebut, para peserta kemudian menyusuri Jalan Teuku Umar menuju Kawasan Pasar Tua yang menjadi pusat ekonomi lintas etnis sejak masa kolonial. Para peserta juga mengunjungi gedung bekas Apotik Sulinda milik Halim Labako, tokoh masyarakat Tionghoa yang menjadi salah seorang donatur pembangunan Lapangan BASPI Nunu. Perjalanan berakhir di SD Muhammadiyah 1 di Jalan Sungai Kinore, yang menjadi tempat bersekolah sebagian besar anak-anak Tionghoa saat Sekolah Tionghoa ditutup.
Pemandu kegiatan, Jefri menjelaskan, kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan gambaran bagaimana kota ini tumbuh dari kerja banyak tangan. Lewat kegiatan ini kata dia, para peserta diajak menelusuri jejak masyarakat Tionghoa yang ikut membangun Palu dengan caranya sendiri. JEF

![IMG-20251110-WA0054[1]](https://mercusuar.web.id/file/2025/11/IMG-20251110-WA00541-200x112.jpg)





