Kecam Aksi Terorisme, Perempuan Sulteng Gelar Doa Lintas Iman

Doa lintas Iman
BERDOA - Sejumlah persempuan, saat mengikuti aksi Doa Lintas Iman, bertempat di Taman Gor Palu, Rabu (2/12/2020) malam. Aksi itu sebagai bentuk kecaman atas peristiwa pembantaian warga di Dusun Lewonu, Desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi pada Jumat 29 November 2020. FOTO: ANDI BESSE/MS

BESUSU TENGAH, MERCUSUAR – Menyikapi kekerasan teror yang berujung pada pembantaian warga di Dusun V Lewonu, Desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi, Forum Gerakan Perempuan Bersatu Sulawesi Tengah, Rabu (2/12/2020) malam, menggelar doa lintas iman sebagai bentuk kecaman atas peristiwa itu, bertempat di Taman Gor, Kelurahan Besusu Tengah.

Dewirana, selaku perwakilan Forum Gerakan Perempuan Bersatu Sulteng mengatakan, peristiwa yang telah merenggut empat nyawa warga itu, tentunya menyisakan rasa takut dan trauma, khususnya anak dan istri korban.

Olehnya, digelarnya Doa Damai lintas Iman sebagai sikap penolakan kepada semua bentuk kekerasan dan pernyataan kepedulian terhadap korban teror dan keluarganya, serta masayarakat yang telah diserang dan mengalami rasa takut dan trauma.

Kegiatan tersebut diisi dengan orasi-orasi pembelaan hak hidup dan kedamaian, doa doa keselamatan dan keteguhan hati, puisi puisi kontemplatif tentang kemanusiaan dan keartifan, dikemas dalam bentuk penjelasan multidimensi terhadap realitas kekerasan.

“Hari ini tersaji lagi jejak kekerasan, bukan soal agama, bukan soal suku apalagi jumlah yang meninggal tapi karena ada korban kebiadaban, karena nafsu keji yang mengingkari nilai kemanusian. Kita bersedih dan kehilangan untuk saudara kita di Lembantongoa, maka atas nama pesaudaraandan kemanusiaan serta untuk mengenang dan mendoakan dari hati yang paling dalam, korban kekerasan dan pembunuhan,” jelasnya.

Kegiatan ini mengundang khalayak umum dan khususnya para aktifis anti kekerasan di seluruh Indonesia yang akan tergabung melalui link zoom, warga kampus, media, dan lain lain yang peduli pada kemanusiaan. Kegiatan dimulai pukul 19.00-selesai, dimana peserta menggunakan drescode warna putih sambil memegang lilin dan berpita merah,memanjatkan doa berdasarkan agama dan kepercayaan menurut kepercayaan untuk korban pembunuhan sipil bersenjata di Lembantogoa Kabupaten Sigi beberapa waktu lalu.

Kekerasan dan pembunuhan itu telah menciderai sendi kehidupan damai yang selama ini menjadi sumber kekuatan kunci pengikat kohesitas sosial masyarakat Sulawesi Tengah yang dikenal sebagai masyarakat yang toleran dalam keberagaman.

Menurutnya, jika kekerasan yang bersifat laten akan menjadi ancaman pada ikatan solidaritas sosial masyarakat Sulteng, maka harus ada sikap tegas dari seluruh elemen masyarakat untuk secara tegas menolak segala tindak kekerasan yang dapat merusak nilai kesatuan dan harmoni masyarakat.

“Melalui gerakan perempuan bersatu menyatakan sikap Prihatin dan mengecam serta mengutuk semua tindak kekerasan dan teror yang mengganggu rasa aman masyarakat,” jelasnya.

Kegiatan tersebut dibuka via zoom oleh Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Prof. dr. Vennetia Ryckerens Danes, M.S., Ph.D. ABS

Pos terkait