PALU, MERCUSUAR – Komunitas Lobo, dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Teater Kepahlawanan, akan menggelar pertunjukan teater bertajuk Pramupintu Tomene. Acara ini akan berlangsung di Lapangan KONI, Jalan Batu Bata Indah, Palu, selama dua hari, Jumat dan Sabtu (6-7 Desember 2024), mulai pukul 20.00 WITA.
Koreografer Iin Ainar Lawide, dalam konferensi pers pada Kamis (5/12/2024) sore, menjelaskan bahwa Pramupintu Tomene mengangkat kisah tentang Tombolotutu, seorang pahlawan nasional dari Sulawesi Tengah.
“Tombolotutu adalah garda terdepan penjaga Tomene yang diakui sebagai pahlawan nasional sejak 2021. Kami sangat bersyukur bisa menjadi salah satu dari 12 kelompok yang terpilih untuk program ini,” ujar Iin.
Ia mengungkapkan, pertunjukan ini menjadi sarana edukasi bagi generasi muda yang masih minim pengetahuan tentang Tombolotutu.
“Saat kami survei ke sekolah-sekolah, banyak yang mengenal Tombolotutu hanya sebagai nama jalan di Kota Palu. Ini menjadi tugas kami untuk mengenalkan sosok beliau secara lebih mendalam,” katanya.
Proses penggarapan teater ini memakan waktu kurang dari dua bulan, melibatkan 131 orang dari berbagai daerah, seperti Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong.
“Kami bekerja keras untuk menyelesaikan pertunjukan ini dengan melibatkan seniman aktif dan generasi muda pelaku kreatif,” tambah Iin.
Sebagai salah satu referensi utama, Komunitas Lobo menggunakan karya sejarawan Lukman Nadjamuddin.
“Literasi tentang Tombolotutu masih sangat terbatas, dan buku tersebut menjadi bahan penting dalam garapan ini,” jelasnya.
Selain untuk mengenalkan sosok pahlawan, pertunjukan ini juga menjadi momentum bagi Komunitas Lobo untuk membangkitkan semangat seni pascabencana tsunami 2018. Iin berharap pertunjukan ini dapat menjadi ruang kolaborasi bagi seniman di Sulawesi Tengah yang rindu akan event kesenian.
Tak hanya itu, Komunitas Lobo juga berharap pertunjukan ini dapat menjadi medium dialog dengan pemerintah.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kesenian mampu mengubah sudut pandang dan menjadi alat komunikasi yang dinamis. Lewat seni, kita bisa menyampaikan pesan penting tanpa harus melalui demonstrasi atau komplain besar-besaran,” ujarnya.
Pertunjukan Pramupintu Tomene diharapkan menjadi langkah awal dalam mengenalkan pahlawan lokal kepada masyarakat luas sekaligus mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian lebih pada referensi sejarah dan literasi tentang pahlawan daerah.
“Kami berharap setelah ini, ada pahlawan-pahlawan lain yang diakui secara nasional, seperti Tombolotutu,” tutup Iin.
Acara ini terbuka untuk umum dan diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat Sulawesi Tengah untuk terus menjaga nilai-nilai kepahlawanan dan budaya lokal. JEF