BARU, MERCUSUAR – Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST) akan memperingati sebuah momen bersejarah bagi Kota Palu, awal Mei 2018. Momen yang akan diperingati tersebut adalah momen pembacaan Maklumat oleh Raja Palu terakhir, yang juga menjabat sebagai pucuk pimpinan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tjatjo Idjazah pada 6 Mei 1950, bertempat di pelataran Gedung Gezaghebber (kini Gedung Juang), Kota Palu.
Maklumat ini sendiri berisi 12 poin, di mana poin utamanya adalah bergabungnya tiga wilayah yaitu Palu, Sigi – Dolo, dan Kulawi, ke Republik Indonesia, dan melepaskan diri dari Negara Indonesia Timur bentukan Belanda. Negara Indonesia Timur yang berpusat di Makassar tersebut, merupakan ‘Negara Boneka’ bentukan Belanda (Van Mook), yang bersama-sama dengan Republik Indonesia membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27 Desembar 1949, sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) di Negeri Belanda.
Koordinator KHST, Moh Herianto, Selasa (24/4/2018) mengatakan, momen pembacaan maklumat ini, merupakan bukti nyata dukungan masyarakat Sulteng pada saat itu, terhadap cita-cita Proklamasi yaitu terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menolak bentuk negara federal yang dianut NIT maupun RIS. Dengan alasan tersebutlah, KHST berinisiatif melaksanakan peringatan momen bersejarah tersebut.
“Hal lain yang juga penting, momen bersejarah ini kurang diketahui oleh masyarakat, sehingga jika tidak diperingati, lama kelamaan akan hilang ditelan zaman,” ujar Anto, sapaan akrabnya.
Untuk memperingati momen bersejarah tersebut, KHST berencana menggelar rangkaian kegiatan selama dua hari, yaitu 5-6 Mei 2018, bertempat di Gedung Juang dan kawasan Taman Bundaran Nasinoal yang tepat berada di depannya. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi talkshow sejarah, pameran foto dan arsip, pemutaran film sejarah, pertunjukan seni, hingga acara puncak yaitu rekonstruksi momen pembacaan Maklumat 6 Mei 1950.
Anto mengatakan, kegiatan ini rencananya akan melibatkan banyak pihak, seperti pihak Legiun Veteran RI, Pemprov Sulteng, Pemkot Palu, sejarawan dan pemerhati budaya, komunitas anak muda, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, hingga masyarakat Kota Palu. Dirinya berharap, masyarakat Kota Palu dapat hadir dalam memperingati momen bersejarah tersebut, agar dapat mewariskan cerita momen bersejarah tersebut, kepada generasi berikutnya, sebagai salah satu khasanah kearifan lokal masyarakat.
“Peringatan ini sudah kita gelar sejak 2017 lalu, secara sederhana. Tahun ini, kami berencana melaksanakannya dengan lebih meriah, agar gaung dan pesannya lebih tersampaikan,” tutupnya. JEF