KHST Gelar Aksi Tuntut Perbaiki Nama Jalan

KHST
FOTO: Aksi yang dilakukan anggota KHST, dengan membentangkan karton berisi pernyataan sikap, agar pemerintah memperbaiki kekeliruan pada sejumlah nama tokoh yang diabadikan jadi nama jalan di Kota Palu. FOTO: DOK KHST

PALU, MERCUSUAR – Memperingati Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November, Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST), menginisiasi sebuah aksi. Aksi human banner ini dilakukan di sejumlah ruas jalan di Kota Palu, Selasa (10/11/2020) 

Aksi diawali di Jalan Towua, Kelurahan Tatura Utara, Kecamatan Palu Selatan. Di depan plang tanda nama jalan tersebut, dua orang berdiri membentangkan karton berisi pernyataan sikap, bahwa nama jalan tersebut keliru, dan nama yang seharusnya terpasang adalah Tovua Langi, salah seorang Raja Kulawi yang mengobarkan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. 

Titik kedua yang menjadi lokasi aksi adalah jalan Rajamoili, di bilangan Kelurahan Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur. Aksi yang sama dilakukan dengan membentangkan karton berisi pernyataan bahwa penamaan yang benar adalah Raja Maili, merujuk pada nama seorang tokoh di Palu yang turut berperang melawan kolonialisme dalam peristiwa Kapapu Nu Kayumalue tahun 1888. 

Ketiga, titik jalan Mokolembake di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, menjadi titik terakhir aksi, di mana dalam pernyataan sikapnya, KHST menyebut penamaan yang benar dari nama jalan tersebut, seharusnya adalah Mokole Bangke, sebuah gelar yang disematkan kepada sosok Raja Poso, Talasa. 

Aksi ini kemudian ditutup dengan ziarah ke makam Raja Maili, yang terletak di Kompleks Pemakaman Pogimba di Kelurahan Baru, Kecamatan Palu Barat. 

Koordinator KHST, Moh. Herianto mengatakan, aksi ini dilakukan, selain untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kekeliruan penamaan ini, juga untuk mengajak pemerintah agar segera menyikapi kekeliruan ini dengan melakukan perbaikan. 

“Setiap hari, ketiga ruas jalan ini mungkin selalu kita lewati. Sepintas menurut kita, tidak ada yang aneh dengan penamaan sejumlah jalan ini. Ya memang tidak ada yang aneh, karena kita tidak tahu bagaimana penyebutan sebenarnya,” ujarnya. 

Anto, sapaan akrabnya menjelaskan, sejak berdiri dari 2015 lalu, Komunitas Historia Sulawesi Tengah telah berupaya agar nama-nama jalan yang tidak sesuai dengan penamaan aslinya ini, dikembalikan sesuai nama aslinya. Dorongan lewat media sosial dan tulisan selama lima tahun terakhir pun, tetap menemui jalan buntu. Pemerintah kata dia sebagai pemegang kebijakan, tidak bergeming. 

“Karena itu, di momen peringatan Hari Pahlawan kali ini, kawan-kawan KHST menginisiasi sebuah aksi sederhana, mengingatkan kita bahwa nama dari sejumlah ruas jalan yang kita lewati ini, ternyata selama ini keliru dan perlu diperbaiki segera, agar tidak menimbulkan tafsir-tafsir lainnya di masyarakat,” ujarnya. JEF

Pos terkait