Kini Tersisa 7 Jenis Mangrove

mangrove - Copy

LOLU SELATAN, MERCUSUAR – Pendiri Relawan Mangrove Teluk Tomini (Remott) Hamzah Tjakunu menyampaikan, bahwa terdapat 202 jenis mangrove di seluruh dunia, dan berdasarkan riset yang dilakukan 27 diantaranya hidup dan tumbuh di wilayah pesisir Teluk Palu.

“Namun sangat disayangkan, dari puluhan jenis itu, kini tersisa 7 jenis mangrove yang hidup di Pesisir Teluk Palu,” ujarnya, saat memberikan pemaparan pada diskusi mengenai penanganan tsunami di Teluk Palu, Sabtu (25/5/2019).

Menurutnya, hilangnya jenis mangrove tersebut salah satunya disebabkan perilaku masyarakat yang menjadikan kayu mangrove untuk komoditi dan sebagai kayu bakar. Olehnya Hamzah berharap agar pemerintah mempunyai kepedulian untuk mengembangkan kembali tanaman mangrove untuk menjaga keseimbangan alam dan keberlangsungan ekosistem, khususnya di Pesisir Teluk Palu.

Dia melanjutkan, penanganan kerusakan mangrove atau yang lebih dikenal dengan sebutan bakau di beberapa wilayah di Sulteng, termasuk Kota Palu dinilai perlu penanganan serius. Menurutnya, untuk melakukan konservasi terhadap hutan mangrove sangat membutuhkan konsep yang harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Sebelumnya,sejumlah organisasi masyarakat, komunitas pemerhati lingkungan, serta pegiat literasi di Kota Palu, melakukan penanaman bakau, dalam rangka memperingat Hari Bumi, Senin (22/4/2019). Penanaman dilakukan di empat titik di sepanjang Teluk Palu, yakni Dusun Talise, Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaeli, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, dan Kelurahan Tipo, Kecamatan Ulujadi, di Kota Palu, serta di Anjungan Gonenggati, Kelurahan Kabonga Besar, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala.

Pesisir pantai Dusun Talise, Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaeli, menjadi lokasi pertama yang ditanami. Penanaman dilakukan di lokasi pesisir pantai yang ditumbuhi bakau di wilayah tersebut.

Pendiri Relawan Mangrove Teluk Tomini (Remott) Hamzah Tjakunu, yang turut dalam aksi penanaman tersebut menjelaskan, penanaman di Dusun Talise, Kelurahan Panau ini, dilakukan untuk mengembalikan jenis bakau yang dahulu banyak tumbuh di kawasan tersebut, tetapi kini sudah jarang ditemui, akibat diambil oleh masyarakat untuk digunakan sebagai ramuan bangunan.

“Jenis yang kami tanam di sini adalah jenis Rhizophora. Ada tiga jenis Rhizophora yang kami tanam, yakni Apiculata, Mucronata, serta Stylosa. Di kawasan ini dulu banyak tumbuh yang jenis ini, tapi hilang karena sering diambil untuk ramuan bangunan,” jelasnya.

Lanjut Hamzah, untuk jenis Rhizophora ini, pertumbuhannya terbilang cepat. Jika tumbuh normal, dalam setahun, tingginya bisa mencapai 2-3 meter. Untuk penanaman kali ini, dirinya menyebut, ada sekitar 200 bibit yang ditanam di lokasi tersebut. ABS

 

 

Pos terkait