TALISE, MERCUSUAR – Para penjual garam Talise mengeluh pascalapak jualan mereka yang berada di Jalan Yos Sudarso, tepatnya depan Lapangan Abadi Talise dipindahkan Pemerintah Kota (Pemkot) Palu ke jalan arah pantai, dimana jalan tersebut merupakan jalan yang hampir tidak pernah dilalui kendaraan.
Penjual garam Talise yang sejak pacabencana 28 September 2018 menjadi salah satu yang paling terburuk dari segi finansial karena sumber mata pencahariaannya yang disapu bersih bencana tsunami. Sejak saat itu, mereka mulai kembali merintis mata pencahariaannya dengan berjualan kembali di depan Lapangan Abadi Talise.
Batari (60) salah seorang penjual garam Talise menjelaskan, mereka disuruh pindah oleh pihak kelurahan dengan alasan pembersihan kawasan kota, sehingga dirinya dan penjual garam lainnya terpaksa harus membongkar lapak dan membuat lapak baru di lokasi yang ditentukan dengan biaya sendiri.
“Yah beginilah, mana ada orang lewat disini karena jalan buntu, beda dari lokasi sebelumnya kan masih banyak kendaraan yang lewat, sedangkan tempat jualan ini kita sendiri yang bikin,”ujarnya.
Sejak beberapa hari pindah di lapak baru, perkisaran pendapatan hanya Rp50ribu hingga Rp80ribu saja. Selain karena lokasi baru, posisi lapak mereka juga jauh dari jangkauan orang.
Para penjual mengatakan, pihak kelurahan berjanji akan menyediakan lapak di sekitaran pengaraman, namun diketahui kapan janji tersebut akan terealisasi. Apalagi beberapa diantara mereka masih mengalami trauma dari bencana 28 September 2018 lalu.
“Katanya nanti kita disediakan tempat dan lapak oleh pemerintah, tapi kita belum tahu kapan. Semoga saja kita dapat perhatian dari pemerintah, karena hanya dari sinilah (penjualan garam, red) yang jadi mata pencaharian kita sehari-hari,” jelasnya. RES