Perkembangan global bersama luasnya gelombang keterbukaan di segala bidang yang menyertainya, dinilai dapat menyebabkan adanya krisis identitas dan krisis kepribadian atau karakter, utamanya bagi generasi muda bangsa.
Salah satu caranya, menurut Sekretaris Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Sulteng, Syam Zaini, adalah dengan meneguhkan pengetahuan terkait kearifan budaya lokal, melalui jalur pendidikan formal. Dengan pendidikan berbasis budaya lokal, para peserta didik akan ditanamkan beragam nilai luhur yang telah menjadi budaya bangsa.
Terkait hal ini, sangat dibutuhkan peran guru sebagai tenaga pendidik di sekolah. Salah satu penekanannya adalah guru dituntut untuk mampu mendorong dan mengajak peserta didiknya, untuk belajar dan mengenali kearifan budaya lokal serta budaya Indonesia sebagai bagian besar dari rumpun Nusantara.
“Guru harus mampu memberikan pemahaman itu, dan mendorong anak-anak didiknya untuk mengenali budaya lokal serta nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya,” kata Syam Zaini, Selasa (8/10/2019).
Selain itu, para guru juga diminta untuk turut aktif pada agenda-agenda kebudayaan, baik yang menjadi agenda internal sekolah, institusi terkait seperti Dinas Pendidikan, atau oleh pihak-pihak lainnya.
Peran Guru dalam pelestarian budaya Nusantara tersebut, juga menjadi paparan khusus Syam Zaini, yang menjadi delegasi Indonesia pada Pertemuan Guru-guru Nusantara (PGN) di Brunei Darussalam, 25-26 September 2019 lalu. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari ASEAN Council of Teachers + 1 Convention ke-35, yakni pertemuan rutin Guru-guru se-ASEAN ditambah Korea Selatan. CR1