MAMPU Ajak Anak Indonesia #MampuBeraniBersikap

MAMPU

MERCUSUAR – Menurut Strategi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak Bappenas tahun 2020, perkawinan anak merupakan isu yang kompleks. Pasalnya, ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan anak di lingkungan masyarakat, mulai dari kemiskinan, geografis, kurangnya akses terhadap pendidikan, ketidaksetaraan gender, konflik sosial dan bencana, ketiadaan akses terhadap layanan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif, serta norma sosial yang menguatkan stereotip gender tertentu, misalnya, perempuan sebaiknya menikah di usia muda, dan budaya (interpretasi agama dan tradisi lokal).

Rilis yang diterima redaksi dari Kemitraan Australia – Indonesia untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (Program MAMPU), Selasa (22/9/2020) menyebutkan, fakta bahwa perkawinan anak merupakan salah satu bentuk tindak kekerasan terhadap anak, juga tidak bisa dikesampingkan. Untuk itu, dalam rangka mendukung strategi nasional pemerintah, Kemitraan Australia – Indonesia untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan lewat program MAMPU, menggandeng mitra pelaksana pencegahan perkawinan anak, yakni Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP), Yayasan BaKTI, Konsorsium PERMAMPU, Yayasan PUPA Bengkulu, dan Yayasan Pekka, yang tersebar di lebih dari 90 kabupaten/kota, 700 desa di 26 provinsi seluruh Indonesia, untuk melaksanakan kampanye digital bertajuk #MAMPUBeraniBersikap.

Kampanye digital yang nantinya diharapkan bisa berlanjut sebagai gerakan #MAMPUBeraniBersikap ini, akan dilaksanakan sepanjang Agustus – September 2020, dengan tujuan untuk mendukung penguatan bagi anak Indonesia, sehingga mampu menghadapi tekanan, berani mengambil langkah dan sikap terhadap dorongan perkawinan anak, serta memiliki kegiatan produktif sehingga terhindar dari perkawinan anak.

Perkawinan anak sendiri, tidak serta merta hanya datang dari satu pihak. Seringnya peran orang tua dan lingkungan, juga turut memberikan pengaruh. Maka, gerakan #MAMPUBeraniBersikap, juga mengajak orang tua untuk berempati dan turut serta menekan angka kasus dan menolak perkawinan anak. Mulai dari melakukan pencegahan, bimbingan terhadap anak, hingga memiliki kepemimpinan untuk melakukan advokasi dalam upaya menghapus perkawinan anak.

Pelaksanaan setiap kegiatan dalam gerakan #MAMPUBeraniBersikap, akan dilakukan melalui media sosial lewat akun Instagram @MampuBeraniBersikap dan medium pendukung akun Facebook Mampu Berani Bersikap. Nantinya kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dibagi dalam beberapa acara seperti Kelas Instagram Live Akademi Mimpi, Kelas WhatsApp Group (khusus orang tua), Sesi Curhat Live, Lomba Menulis, workshop Kelas Berani Usaha memproduksi masker, dan Deklarasi Mimpi yang dilakukan di 9 provinsi terpilih.

Team Leader MAMPU, Kate Shanahan mengatakan, keberlanjutan masa depan Indonesia, terletak pada anak-anak Indonesia. Dengan fakta masih tingginya angka perkawinan anak di Indonesia kata dia, sudah seharusnya ini menjadi perhatian kita bersama.

Program MAMPU bersama mitra pelaksana telah terlibat dan mendukung upaya pencegahan perkawinan anak, termasuk mendorong perubahan pada UU tentang perkawinan, dengan menaikkan batas minimal usia kawin pada 2019 lalu. Aksi kolektif untuk pencegahan perkawinan anak Program MAMPU digaungkan lebih kuat melalui kampanye digital #MAMPUBeraniBersikap.

“Kampanye ini kami harapkan dapat menyentuh tidak hanya anak-anak perempuan dan bahkan laki-laki, tetapi juga para orang tua dan berbagai pemangku kepentingan, untuk mewujudkan kesempatan dan lingkungan yang optimal bagi anak, agar terhindar dari praktik perkawinan anak. Sehingga, kreativitas dan aspirasi anak dapat tumbuh kembang secara maksimal sebagai generasi penerus Indonesia yang berkualitas,” ujar Kate Shanahan.

Sejumlah profil grassroot champion, atau pemimpin muda yang sudah turut menyuarakan penolakan perkawinan anak di daerahnya, juga akan dilibatkan dan diangkat profilnya, sepanjang gerakan ini. Sebanyak 15 grassroot champion anak, berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan mewakili anak dari usia 15-20 tahun ini, akan berbagi pengalamannya, serta berperan aktif dalam acara-acara yang akan dilaksanakan dalam gerakan #MampuBeraniBersikap.

“Diharapkan dengan hadirnya gerakan #MAMPUBeraniBersikap, akan lebih banyak anak yang terhindar dari perkawinan anak. Bersama kita lindungi dan jaga hak anak Indonesia karena pada mereka lah bergantung masa depan bangsa. Tolak perkawinan anak dengan tegas, dukung anak dapatkan haknya untuk bermain, belajar, dan mencapai mimpinya demi masa depan yang lebih baik,” ujarnya. JEF/*

Pos terkait