TALISE, MERCUSUAR- Pengelola Progam/Monev KPAP Sulteng Moh. Fadli Alhasni, S.Sos mengatakan, HIV AIDS merupakan salah satu pandemik yang berbahaya, apalagi jika tidak paham cara menghadapinya.
“Sayangnya, keganasan dari panyakit ini sering kali tidak disertai dengan pemahaman yang cukup oleh masyarakat umum. Ironisnya lagi pemahaman masyarakat terhadap pandemik ini sering kali bercampur aduk oleh mitos, salah kaprah sehingga masih banyak pandangan masyarakat umum yang keliru terhadap isu ini,” ujarnya.
Padahal dengan memahami isu ini ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memerangi HIV-AIDS dari mulai menjaga diri, mengetahui cara penularan, mencegah dan melakukan tindakan yang tepat jika tertular serta memperlakukan pengidap positif HIV dengan cara yang tepat.
Saat ini kasus HIV-AIDS di Sulawesi Tengah terus meningkat. Jika melihat data dari Dinkes Provinsi Sulteng secara kumulatif sejak ditemukannya HIV tahun 2002 sampai dengan Desember 2018, berjumlah untuk HIV sebanyak 1.442 kasus dan AIDS sebanyak 761 kasus.
“Jika kita mengunakan estimasi kasus HIV di Sulteng tahun 2016 (12.541 kasus HIV), maka saat ini kasus HIV yang baru terungkap 11,49 persen. Peningkatan kasus tersebut tentunya berkaitan dengan minimnya pengetahuan masyarakat tentang HIV.
Kekeliruan di masyarakat menanggapi isu HIV ini yaitu, ada yang menganggap HIV sama dengan AIDS padahal berbeda. HIV adalah Human Immunodeficiency virus atau virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jadi orang yang mengidap HIV adalah orang yang terinveksi virus HIV.
“Virus ini masuk menyerang ‘’helper T Cell (salah satu jenis sel darah putih pada manusia yang berfungsi memproduksi antibody. Saat sel darah putih rusak maka manusia kehilangan kemampuan untuk melawan penyakit yang datang (HIV ini tidak ada gejala),” jelasnya.
Sedangkan AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah gejala yg timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat HIV tadi. Jadi orang yang mengidap AIDS adalah orang yang sudah dalam kondisi mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV, sehingga penyakit lain berkesempatan menyerang pada akhirnya menimbulkan gejala seperti Encephalitis (radang otak), meningitis (radang pada membran pelindung yg menyelubungi otak & sum-sum tulang belakang), retinitis (radang bagian retina mata)Tuberculosis (infeksi saluran pernafasan), tumor,esophgitis serta diare kronis dll.
“Penularan HIV bisa melalui udara, bersentuhan, keringat, air liur, dan gigitan nyamuk’’ nah hal ini perlu diluruskan lagi,” tambahnya.
HIV-AIDS penyakit mematikan dan tidak ada obatnya, kata siapa? Saat ini sudah ada obatnya yaitu ARV (Anti RetroViral). Obat ini bukan penyembuh, namun hasilnya dapat menurunkan jumlah virus yang terdeteksi dalam darah menjadi nol dalam artian selama patuh dan konsisten meminum ARV.
“Untuk lengkapnya ayo akses informasi HIV-AIDS di aplikasi ‘AIDS DIGITAL’ yang dapat di dowload secara gratis pada playstore smartphone anda. Dengan mengakses informasi yang benar dapat menjauhkan kita dari HIV,” tutup Fadli. AMR/*