Masyarakat Bergerak Rawat Situs Sejarah di Palu

IMG-20211030-WA0053-f859fc5b

PALU, MERCUSUAR – Belasan pemuda yang berasal dari sejumlah komunitas di Kota Palu, kembali melaksanakan kerja bakti membersihkan kompleks pemakaman Belanda – Minahasa, yang berada di Kelurahan Lolu Selatan, Kecamatan Palu Timur, Sabtu (30/10/2021) pagi. Kerja bakti ini dilaksanakan dalam rangka untuk merawat kawasan situs sejarah tersebut. 

Kawasan kompleks pemakaman Belanda-Minahasa yang terdiri dari ratusan makam ini, kini dalam kondisi yang tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar. Sebagian nisan bergaya kolonial juga dalam kondisi rusak, akibat dimakan usia. 

Trie Anom, Ketua Permuja Condrodimuko, salah satu komunitas yang terlibat dalam kerja bakti tersebut mengatakan, upaya merawat kawasan situs sejarah ini perlu dilakukan, agar situs sejarah ini bisa menjadi bahan pembelajaran sejarah bagi generasi muda di Kota Palu. Menurutnya, kawasan pemakaman ini, jika dikelola dengan baik, bisa menjadi kawasan wisata sejarah di Kota Palu. 

Pemerhati sejarah di Kota Palu, Jefrianto, yang menginisiasi aksi ini mengatakan, aksi ini telah dilakukan dalam dua minggu terakhir, dengan melibatkan elemen masyarakat, baik individu maupun komunitas, yang peduli dengan situs sejarah di Kota Palu. Menurutnya, kawasan situs sejarah ini memiliki nilai penting dalam perjalanan sejarah Palu sebagai kota kolonial. 

“Di kawasan ini misalnya, ada beberapa nisan makam yang berangkat tahun 1920-an, hingga yang termuda sekira tahun 1950-an. Hal ini menandakan bahwa kawasan pemakaman ini usianya sudah hampir seabad dan masih bisa diakses hingga kini. Untuk itu, kawasan ini perlu mendapat perhatian lebih, agar bisa menjadi kawasan situs sejarah yang dijaga dan dilestarikan,” jelasnya. 

Menurut Jefrianto, ada beberapa hal yang menarik dari adanya kompleks pemakaman ini. Pertama, sebagai salah satu penanda periode kolonial di Palu. Kedua, penanda interaksi antara komunitas Eropa (Belanda, Jerman, dan lain-lain) dengan komunitas etnis Minahasa dan Tionghoa yang juga berada di kompleks makam yang sama. Ketiga, salah satu penanda lanskap Palu sebagai kota kolonial, sebelum pengembangan kawasan kolonial Palu dimulai pada 1920-an. MS

Pos terkait