PALU, MERCUSUAR – Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, Miyono menegaskan, Sulawesi Tengah harus membenahi infrastruktur untuk memancing investor datang berinvestasi. Selama ini Sulteng hanya dijadikan penghasil bahan baku tetapi pabriknya justru di daerah lain.
“Salah satu contohnya, areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Buol begitu luas, tetapi pabriknya malahan dibangun di Sulawesi Utara. Kemudian Sulteng penghasil ikan, tetapi pabrik pengolahnya ada di Makassar dan daerah lainnya,” katanya.
Miyono yang segera pindah tugas ke Jogyakarta, mengemukakan hal itu dalam wawancara dengan Mercusuar di ruang kerjanya, Rabu (17/7) siang.
Mengapa pabrik kelapa sawit tadi harus berada di daerah lain? Mengapa ikan-ikan hasil tangkapan nelayan dijual ke luar Sulteng? Ya, karena minimnya infrastruktur. Padahal, bila ada pabrik pengolah ikan di daerah ini, juga akan menyerap tenaga kerja.
Miyono melihat potensi Sulteng sangat besar. Namun karena minimnya infrastruktur, menyebabkan investor masih enggan menanamkan modalnya di daerah ini. Itulah sebabnya, ia menyarankan untuk membenahi infrastruktur guna memancing minat investor.
Disebutkan, dari sejumlah strategi menumbuhkan ekonomi di daerah, investasi digadang dapat menjadi kunci pertumbuhan ekonomi. Industri-industri pengolahan banyak yang dapat dibangun di daerah ini untuk menyerap tenaga kerja.
“Rumus sederhananya, tingkat investasi harus lebih besar dari tingkat konsumsi, maka ekonomi akan tumbuh sehat. Kalau investasi tinggi, maka tingkat kemiskinan dan pengangguran akan turun,” katanya.
Menurutnya, investasi akan menumbuhkan lapangan kerja yang dapat mengurangi angka pengangguran.
Kemudian ia juga menyinggung penegasan Presiden Joko Widodo soal kemudahan izin investasi di daerah. Menurutnya, Presiden Jokowi kembali mengingatkan para kepala daerah untuk mempermudah izin investasi.
Presiden menurutnya mengingatkan, untuk industri dan manufaktur berilah peluang sebanyak-banyaknya untuk kedua hal ini. Bagi mereka yang mau investasi di industri dan manufaktur buka lebar-lebar karena akan membuat barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan dapat membuka lapangan pekerjaan untuk masayrakat.
“Sudah tidak usah mikir. Detik itu juga beri izin, tinggal tanda tangan. Jangan berbelit-belit lagi untuk industri dan manufaktur. Sudah berikan. Jangan lagi ada perizinan urusannya minggu, bulan, tahun, malu kita. Masa zaman sekarang masih hitungan minggu, bulan, tahun, apalagi untuk investasi,” demikian dikemukakan Presiden Jokowi.
Penegasan itu menurut Miyono sangat strategis. Apalagi saat ini masyarakat di usia produktif memang membutuhkan lapangan kerja padat karya.
UMKM Berbasis Syariah
Sementara itu Bank Indonesia menilai potensi tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis syariah di Sulawesi Tengah cukup besar.
Agar potensi yang ada dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama para pelaku usaha sehingga berkontribusi signifikan dalam upaya meningkatkan perekomian daerah maka perlu dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, salah satunya dari Bank Indonesia.
“Kami di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah sudah mendorong itu. Kami memodali sejumlah pesantren dan santri-santri yang memiliki jiwa pengusaha,” kata Kepala BI Sulteng Miyono pada kegiatan Capacity Building Ekonomi dan Keuangan di D’Kalora, Kabupaten Sigi, Selasa.
Dari sisi pembiayaan, Miyono menerangkan pelaku usaha dan UMKM berbasis syariah harus berkolaborasi dengan lembaga keuangan syariah seperti bank syariah untuk memperoleh pinjaman.
“Yang jadi prioritas adalah di pesantren-pesantren. Kita bantu hubungkan dengan bank-bank syariah untuk memperoleh modal usaha dengan sistim pinjaman non konvensional,”ujarnya dikutip Antara.
Dengan begitu ia berharap para pelaku usaha nanti dapat memanfaatkan pinjaman yang diberikan untuk kegiatan usaha sehingga menghasilkan produk usaha dan UMKM yang berkualitas dan tentunya berbasis syariah.
“Buat usaha air minum syariah, kuliner seperti roti syariah, hingga penginapan dan hotel yang syariah,” katanya.
Miyono menjelaskan pertumbuhan ekonomi berbasis syariah di Indonesia dan di Sulawesi Tengah pada khususnya sudah berlangsung cukup lama.
Tumbuh dan berkembangnya ekonomi syariah di Daerah ditandai mulai banyaknya lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah, salah satunya bank syariah.MAN