Model Nobangan Disosialisasikan, Guru SDN 15 Palu Didorong Replikasi Pembelajaran Berbasis Budaya Kaili

Nobangan

PALU, MERCUSUAR – Tim Pengabdian Bima Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Tadulako (Untad) melaksanakan sosialisasi hasil implementasi Model Nobangan kepada guru-guru SDN 15 Palu. Kegiatan ini diselenggarakan di salah satu ruangan sekolah dan menjadi ajang penyampaian hasil penerapan model, sekaligus penguatan pemahaman guru terkait nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Model Nobangan merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan permainan tradisional masyarakat Kaili dengan metode pembelajaran modern. Untuk memperkaya pemahaman peserta, tim menghadirkan narasumber pelaku budaya suku Kaili, Nashir Umar, yang menjelaskan sejarah dan filosofi permainan Nobangan. Ia menekankan, permainan ini bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi sarat nilai tentang kejujuran, strategi, kedisiplinan, serta pengendalian diri.

“Filosofi Nobangan mengajarkan keseimbangan antara keberanian dan kehati-hatian. Nilai-nilai inilah yang penting ditanamkan kepada anak sejak dini,” jelas Nashir Umar dalam pemaparannya.

Ketua Tim Pengabdian, Nurul Kami Sani menyampaikan, hasil implementasi model di kelas menunjukkan respons positif dari para siswa. Pembelajaran yang dikemas melalui permainan tradisional membuat anak lebih aktif dan antusias mengikuti kegiatan belajar.

“Melalui sosialisasi ini, kami ingin guru-guru dapat memahami sintaks Model Nobangan sekaligus mampu menerapkannya secara mandiri di kelas. Model ini terbukti tidak hanya menarik, tetapi juga membangun karakter siswa,” ujar Nurul.

Tim pengabdian yang terdiri dari Nurul Fitriah Aras dan Andi Ulfah, serta dibantu mahasiswa Pendidikan Fisika, memaparkan hasil observasi aktivitas belajar siswa, contoh perangkat pembelajaran, dokumentasi implementasi, serta refleksi guru selama pelaksanaan model.

Guru SDN 15 Palu, Haryati, S.Pd, turut memberikan tanggapan positif. Sementara itu, Kepala SDN 15 Palu, Yusuf, S.Pd, mengapresiasi hadirnya pendekatan berbasis kearifan lokal di lingkungan sekolah. Menurutnya, pembelajaran semacam ini bukan hanya memperkaya metode mengajar, tetapi juga memperkuat identitas budaya generasi muda.

Kegiatan sosialisasi ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab, di mana guru-guru antusias menggali cara untuk mereplikasi model pada mata pelajaran lain.

Program ini didukung oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, tahun pendanaan 2025. */JEF

Pos terkait