Museum Sulteng Akan Dilengkapi Display Sejarah Kebencanaan

DISPLAY

PALU, MERCUSUAR – Museum Negeri Sulawesi Tengah kedepannya akan dilengkapi dengan ruangan khusus atau display pameran, terkait sejarah kebencanaan. Wakil Kepala Museum Sulteng, Iksam, Selasa (12/3/2019) mengungkapkan, rencana tersebut ditargetkan dapat terlaksana tahun ini, dengan dukungan penuh dari United Nations Educational, Scientific adn Cultural Organization (UNESCO), yakni organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Pihak UNESCO Jakarta membuka peluang dan jika memungkinkan, tahun ini akan ada satu ruangan khusus atau display di ruang pameran museum, tentang sejarah kebencanaan dan pengetahuan lokal tentang mitigasi,” jelas Iksam.

Dirinya menjelaskan, dalam display tersebut, nantinya akan berisi berbagai pengetahuan terkait sejarah seluruh bencana yang pernah terjadi di Sulteng, di antaranya terkait sejarah bentang alam, serta unsur-unsur yang berkaitan dengan kebencanaan di Sulteng. Saat ini kata Iksam, Museum Negeri Sulteng telah memiliki display yang berkaitan dengan sejarah geologi Sulteng secara umum.

“Tentu kita akan mulai dari sejarah alamnya dulu, kemudian menyentuh secara keseluruhan aspek kebencanaan yang ada di Sulteng, termasuk nanti semua unsur yang mempengaruhi, seperti perubahan lingkungan hidup dan lingkungan sosial. Hal yang jelas, pengetahuan tentang bencana dari segala perspektif, akan menjadi salah satu pertimbangan kita, agar kita tahu bagaimana menghadapi bencana,” ujarnya.

Dalam display sejarah kebencanaan tersebut nantinya, lanjut Iksam, juga akan tersedia Kid Corner, yang menjadi sarana edukasi bagi pengunjung usia dini. Hal ini dijelaskannya karena edukasi berbasis pengetahuan lokal sebaiknya dimulai dari usia anak-anak.

“Begitu perencanaannya, akan ada display khusus tentang sejarah kebencanaan, dan di dalam display itu ada lagi kid corner-nya,” imbuhnya.

Iksam menjelaskan, secara umum, inisiatif untuk membuat ruang khusus yang menampilkan display tentang sejarah kebencanaan tersebut, datang setelah pihaknya berkunjung ke Jepang, pertengahan Januari 2019 lalu, dalam rangka mempelajari metode penyimpanan koleksi museum yang aman bencana dan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal, yang diterapkan di sana. Di sejumlah museum di lokasi yang pernah terdampak tsunami di Jepang, seperti di Miyagi, terdapat ruang dengan display khusus tentang memori kebencanaan tersebut.

“Hal ini yang membuat kami berinisiatif untuk melakukan hal serupa di Museum Negeri Sulteng,” ujarnya.        

Saat ini ungkapnya, pihak UNESCO sedang mendukung Museum Negeri Sulteng terkait proses recovery terhadap koleksi-koleksi yang mengalami kerusakan, akibat bencana alam pada 28 September 2018 lalu. Tahapan recovery tersebut telah dimulai sejak bulan November 2018 dan ditargetkan akan selesai pada Juli 2019 mendatang.

“Kita mengumpulkan koleksi yang rusak, kemudian mengidentifikasi dan sekarang dalam tahap memperbaiki. Kemungkinan besar setelah masa recovery berakhir, akan dimulai tahapan pembuatan display sejarah kebencanaan. Paling tidak sudah ada tanda dari UNESCO, bahwa hal itu bisa dimungkinkan terwujud,” demikian Iksam. JEF

DISPLAY KEBENCANAAN – Salah satu display di sebuah museum di Miyagi, Jepang, yang memuat tentang memori bencana tsunami yang melanda daerah tersebut, 2011 lalu. Museum Negeri Sulteng juga akan melakukan ha serupa, dengan menginisiasi ruang khusus display sejarah kebencanaan. FOTO: DOK IKSAM 

Museum Sulteng Akan Dilengkapi Display Sejarah Kebencanaan

PALU, MERCUSUAR – Museum Negeri Sulawesi Tengah kedepannya akan dilengkapi dengan ruangan khusus atau display pameran, terkait sejarah kebencanaan. Wakil Kepala Museum Sulteng, Iksam, Selasa (12/3/2019) mengungkapkan, rencana tersebut ditargetkan dapat terlaksana tahun ini, dengan dukungan penuh dari United Nations Educational, Scientific adn Cultural Organization (UNESCO), yakni organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Pihak UNESCO Jakarta membuka peluang dan jika memungkinkan, tahun ini akan ada satu ruangan khusus atau display di ruang pameran museum, tentang sejarah kebencanaan dan pengetahuan lokal tentang mitigasi,” jelas Iksam.

Dirinya menjelaskan, dalam display tersebut, nantinya akan berisi berbagai pengetahuan terkait sejarah seluruh bencana yang pernah terjadi di Sulteng, di antaranya terkait sejarah bentang alam, serta unsur-unsur yang berkaitan dengan kebencanaan di Sulteng. Saat ini kata Iksam, Museum Negeri Sulteng telah memiliki display yang berkaitan dengan sejarah geologi Sulteng secara umum.

“Tentu kita akan mulai dari sejarah alamnya dulu, kemudian menyentuh secara keseluruhan aspek kebencanaan yang ada di Sulteng, termasuk nanti semua unsur yang mempengaruhi, seperti perubahan lingkungan hidup dan lingkungan sosial. Hal yang jelas, pengetahuan tentang bencana dari segala perspektif, akan menjadi salah satu pertimbangan kita, agar kita tahu bagaimana menghadapi bencana,” ujarnya.

Dalam display sejarah kebencanaan tersebut nantinya, lanjut Iksam, juga akan tersedia Kid Corner, yang menjadi sarana edukasi bagi pengunjung usia dini. Hal ini dijelaskannya karena edukasi berbasis pengetahuan lokal sebaiknya dimulai dari usia anak-anak.

“Begitu perencanaannya, akan ada display khusus tentang sejarah kebencanaan, dan di dalam display itu ada lagi kid corner-nya,” imbuhnya.

Iksam menjelaskan, secara umum, inisiatif untuk membuat ruang khusus yang menampilkan display tentang sejarah kebencanaan tersebut, datang setelah pihaknya berkunjung ke Jepang, pertengahan Januari 2019 lalu, dalam rangka mempelajari metode penyimpanan koleksi museum yang aman bencana dan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal, yang diterapkan di sana. Di sejumlah museum di lokasi yang pernah terdampak tsunami di Jepang, seperti di Miyagi, terdapat ruang dengan display khusus tentang memori kebencanaan tersebut.

“Hal ini yang membuat kami berinisiatif untuk melakukan hal serupa di Museum Negeri Sulteng,” ujarnya.        

Saat ini ungkapnya, pihak UNESCO sedang mendukung Museum Negeri Sulteng terkait proses recovery terhadap koleksi-koleksi yang mengalami kerusakan, akibat bencana alam pada 28 September 2018 lalu. Tahapan recovery tersebut telah dimulai sejak bulan November 2018 dan ditargetkan akan selesai pada Juli 2019 mendatang.

“Kita mengumpulkan koleksi yang rusak, kemudian mengidentifikasi dan sekarang dalam tahap memperbaiki. Kemungkinan besar setelah masa recovery berakhir, akan dimulai tahapan pembuatan display sejarah kebencanaan. Paling tidak sudah ada tanda dari UNESCO, bahwa hal itu bisa dimungkinkan terwujud,” demikian Iksam. JEF

Pos terkait