TALISE, MERCUSUAR – Hampir semua wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) dalam berapa bulan terakhir ini, memasuki musim penghujan termasuk wilayah Kota Palu, musim hujan ini sangat berpengaruh kepada petani garam di Talise.
Selama musim penghujan, petani garam Talise sudah tidak memproduksi garam lagi, sudah terhitung lima bulan lamanya mereka tidak bekerja. Stok garam yang sedikit membuat penjual garam terpaksa mengambil dari Makassar, yang harga belinya sedikit lebih mahal.
Jamiruddin salah seorang petani garam yang terkena imbas dari musim penghujan mengaku, dirinya akhirnya harus menganggur, dan untuk mendapatkan penghasilan biasanya Jamiruddin bekerja serabutan dan juga kadang menggembala hewan ternak orang lain.
“Kami setengah mati untuk batare (tarik) garam, karena musim hujan. Jadi saya cuma datang duduk-duduk di penjual garam saja, sambil tunggu panggilan kerja”, ujar Jamiruddin pada saat di wawancara di lapak penjualan garam, Selasa (15/9/2020).
Untuk omset jual beli garam juga sangat menurun, dikarenakan harga garam yang di ambil dari Makassar lebih mahal dari pada garam lokal. Selain itu dikarenakan musim hujan, banyak penjual garam yang rugi, karena jika garam terkena air hujan, garam akan mencair sendiri.
“Garam kalau kena hujan hancur, kalau tutupnya tidak bagus, biasanya pas di dapat tinggal karungnya, garamnya sudah habis,”jelas Jamiruddin. MG2