MERCUSUAR – Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPPMP) Universitas Tadulako (Untad) melalui Pusbang PMPP, melaksanakan program Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI). Kegiatan kali ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan di fase new normal ini, sekaligus menjadi kegiatan perdana Pusbang PMPP di tahun ini.
Kegiatan yang dilaksanakan selama kurang lebih tiga minggu tersebut, dibuka secara resmi oleh Rektor Untad, Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP, di Gedung Media Center Untad. Dalam sambutannya, Prof. Mahfudz berharap, kegiatan ini tersebut harus tetap dilaksanakan ke depannya, dengan memperhatikan protokol Covid-19.
“Kalau bisa, muatannya lebih diarahkan ke pembelajaran daring,” ujar Prof. Mahfudz.
Sementara itu, Koordinator Pusbang PMPP, Dr. Marungkil Pasaribu, M.Sc mengatakan, PEKERTI kali ini merupakan kegiatan perdana, yang dilaksanakan Pusbang PMPP di fase new normal. Hal ini kata dia, karena di situasi pandemi seperti ini, dalam melaksanakan kegiatan harus ada analisis untuk menjamin mutu dan output yang maksimal.
“Kegiatan ini terlaksana setelah berbagai analisis kami lakukan, mulai dari kesiapan sarana dan prasarana, instruktur, hingga muatan materi, semuanya harus sesuai protokol Covid-19,” ujarnya.
Menurut Marungkil, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terkait pelaksanaan kegiatan PEKERTI kali ini, terutama dari aspek kesiapannya, maka akan dilihat, apakah dilaksanakan kegiatan selanjutnya. Namun, pihaknya tetap berupaya melaksanakan kegiatan selanjutnya, seperti harapan yang diungkapkan oleh rektor dalam sambutannya.
Lanjutnya, dalam PEKERTI kali ini, muatan pembelajarannya mengarah ke model pembelajaran modern berbasis daring. Model ini kata dia, sudah dirancang dari dua tahun lalu, dengan konsep pembelajaran campuran (blended learning), yang memadukan konsep pembelajaran daring dan luring.
“Kita masih gunakan konsep blendid learning. Nanti akan kita analisa untuk melihat apakah hasil analisis dua tahun lalu dengan konsep pembelajaran daring saat ini, apakah sejalan atau tidak. Nanti kita tinjau kembali proporsi blended learning-nya,” jelasnya.
Kegiatan ini sendiri diikuti oleh para dosen, di mana pada tiga hari pertama akan dilaksanakan secara luring, yakni materi kelas sehari 4 jam. Selanjutnya, selama dua hari dilaksanakan materi kelas via daring, lalu dilanjutkan selama seminggu, di mana tapi peserta bisa berdiskusi dengan pembimbingnya, maupun melaksanakan mandiri.
“Diharapkan mereka bisa menyelesaikan tugas yang diberikan, dalam menyongsong perkuliahan satu semester ke depan.
Kegiatan terakhir adalah membuat video pembelajaran, yang nantinya akan dilaksanakan di program studi masing-masing, menggunakan proyektor dan harus ada simulasi proses pembelajaran. Dari sana akan dilihat cara peserta menanggapi, menyimak dan menjawab.
“Selain menggunakan proyektor, para peserta diberi kebebasan, apakah melalui pembelajaran daring atau live streaming,” ujarnya. JEF