PALU, MERCUSUAR – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Sulteng mengingatkan pengelola Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk senantiasa meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Pasalnya, rasio kredit macet (NPL) tercatat 1,22 persen dari total penyaluran kredit sebesar Rp2,16 triliun.
Secara rinci, wilayah yang mempunyai NPL tertinggi adalah Kabupaten Parmout (0,03 persen), Kota Palu (0,02 persen), Kabupaten Poso (0,01 persen), Kabupaten Donggala (0,01 persen), dan Kabupaten Morowali (0,01 persen). “Hal ini menjadi perhatian kami mengingat di Kota Palu ada lima BPR sehingga kami harapkan kelima BPR ini terus meningkatkan kehati-hatiannya dalam menyalurkan kredit,” kata Muh Iqbal mewakili Kepala OJK Sulteng, Moh Syukri A Yunus di Palu, Kamis (19/7/2018).
Iqbal menjelaskan, jenis kredit konsumtif masih mendominasi dengan penyaluran kredit sebesar Rp 500 miliar, sedangkan kredit produktif yaitu modal kerja dan investasi dengan jumlah kredit Rp 100 miliar dan Rp10 miliar. Dari data tersebut, kalangan pengelola BPR diminta untuk berupaya meningkatkan penyaluran kredit sektor produktif, terutama modal kerja sehingga bisa membuka peluang pekerjaan.
Lebih lanjut Iqbal mengatakan, total aset BPR di Sulteng hingga Maret 2018 tercatat sebesar Rp2,59 triliun atau tumbuh 12,9 persen dari periode yang sama tahun lalu. Dibandingkan dengan total aset BPR seluruh Indonesia, aset BPR di Sulteng masih sangat kecil, yaitu 2,59 persen.
Sementara itu, uang masyarakat yang disimpan dalam bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK), seperti tabungan dan deposito di BPR tercatat Rp880 miliar (74.479 rekening) atau mengalami pertumbuhan 7,99 persen dari periode yang sama tahun lalu. HAI