Pasca Bencana, Petani Garam Talise Belum Produksi Garam

penjual garam

TALISE, MERCUSUAR – Usai bencana yang melanda Kota Palu 28 September 2018 lalu, tambak garam di sepanjang pesisir Pantai Talise rusak total. Akibatnya para petani garam tidak bisa memproduksi garam lagi.

Demikian dikatakan salah seorang petani sekaligus pedagang garam Talise, Muhammmad Ali Juna (63), Kamis (14/2/2019). Kata dia, pasca bencana, para petani garam kehilangan pekerjaannya, yang merupakan satu-satunya mata pencaharian mereka.

Keadaan ini membuat para petani akhirnya membeli garam dari luar, seperti dari Makassar, Sulawesi Selatan dan menjualnya kembali untuk bertahan hidup sehari-hari dan mengumpulkan kembali modal secara perlahan. Namun saat ini diakuinya, penjualan garam menurun drastis.

“Dulu, dalam seminggu, garam yang laku terjual mencapai lima sampai tujuh karung, namun sekarang hanya berkisar satu atau dua karung saja,” keluhnya.

Hal ini kata dia, disebabkan jumlah pembeli yang belum stabil dan mayoritas pembeli berasal dari luar Kota Palu, di antaranya wilayah Pantai Timur  (Kabupaten Parigi Moutong) dan Pantai Barat Kabupaten Donggala. Pembeli menurutnya, menjadikan garam ini sebagai pupuk.

“Jadi kalo situasi macam begini (pasca bencana red.) orang masih kurang butuhkan pupuk,” kata dia.

Untuk saat ini, bantuan berupa alat untuk memperbaiki tambak sudah ada, seperti gerobak dorong, sekop, dan cangkul (pacul). Namun kata dia, bantuan tersebut masih kurang dari sisi modal dan tenaga.

”Kalau macam saya ini, yang sudah kurang-kurang tenaga begini, saya tidak mampu kerja sendiri, jadi harus bayar orang ba bantu, sedangkan saya tidak punya uang,” sambungnya.

Selain itu, ia berharap agar pemerintah lebih memerhatikan kondisi para petani garam di Talise, yang mana masih tinggal di tenda- tenda pengungsian, seperti di posko pengungsian lapangan golf. MG3

Pos terkait