PBB Siapkan 28 Juta Dolar AS

pbb

PALU, MERCUSUAR – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memastikan akan membantu pemulihan pasca-bencana 28 September 2018 di Sulawesi Tengah yakni di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi hingga tiga tahun ke depan melalui organisasi khususnya yakni United Nations Development Programme (UNDP).
“UNDP bekerja sama dengan pemerintah Jerman melalui Bank Pembangunan Jerman (KfW) menyalurkan komponen pendanaan untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Sulawesi Tengah. Totalnya sekitar 28 juta dollar Amerika Serikat (AS),” kata Pemimpin Tim Ketahanan dan Rekonstruksi UNDP, Christian Budi Purnomo di Palu, Selasa.
Dana tersebut, lanjutnya, tidak akan digunakan untuk memulihkan semua sektor yang terdampak gempa, tsunami dan likuefaksi setahun lalu di empat daerah itu, hanya empat sektor yang menjadi prioritas UNDP.
Christian menyebut empat sektor itu antara lain pendidikan, kesehatan, dan sanitasi lingkungan, serta infrastruktur ekonomi kemasyarakatan.
“Periode pelaksanaannya untuk tiga tahun, menyesuaikan dengan implementasi kegiatan rehabilitasi rekonstruksi pemerintah pusat yang memang direncanakan untuk tiga tahun,” terangnya.
Ia menjelaskan tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan oleh UNDP dimulai dengan tahap persiapan yang saat ini tengah berjalan. Kemudian tahap aksi rekonstruksi yang rencananya akan mulai dikerjakan tahun 2020.
Setelah rekonstruksi selesai, tahun ke-3 UNDP melakukan tahapan penyelesaian administrasi terhadap aset-aset yang menjadi sasaran rekonstruksi.
“Karena aset-aset yang dibangun sebagian besar adalah milik pemerintah, jadi mekanisme serah terima dengan pemerintah nanti, pengembalian aset dan segala macam harus kami lakukan. Tentunya itu harus melibatkan kementerian dan lembaga negara terkait yakni Kementerian Keuangan,” ucapnya.ANT

 

Gubernur Ganjar Pranowo menyerahkan bangunan gedung SD 20 Sirenja, Donggala, Sulawesi Tengah, Rabu (18/9). Bangunan sekolah tahan gempa tersebut merupakan sumbangan dari MKKS SMA-SMK se Jawa Tengah.

Ganjar Resmikan Sekolah Tahan Gempa di Donggala

  • Ganjar Latihan Simulasi Tanggap Bencana

 

 

DONGGALA, MERCUSUAR – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meresmikan sekolah tahan gempa di SDN 20 Tondo, Kecamatan Sirenja, Rabu (18/9/2019). Peresmian ini dihadiri Bupati Donggala, Kasman Lassa dan unsur Muspida Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sulteng, dan Kabupaten Donggala.

Ada enam kelas yang dibangun ditambah ruang kantor, laboratorium, musholla dan tiga toilet. Menyesuaikan dengan struktur bangunan, meja-meja yang digunakan pun juga dirancang tahan gempa yang kolongnya bisa digunakan untuk berlindung.

Ganjar Pranowo mengatakan bangunan sekolah tersebut menggunakan sistem RISBA atau Rumah Instan Rangka Baja yang tahan gempa.

Rika (9) dan Wali (9) siswa kelas 4 SDN 20 Tondo Sirenja Donggala berharap gempa tidak lagi merobohkan sekolahannya. Mereka masih merasa takut sampai saat ini membayangkan rumah-rumah roboh dan bumi bergoyang.

“Aku lagi berdiri di depan rumah. Buminya goyang-goyang dan ibu teriak-teriak,” kata Rika kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Ya Rika katakan itu tentang kondisi gempa dan tsunami di Donggala pada 28 September 2018 silam. Ratusan ribu warga mengungsi, puluhan ribu rumah rusak dan ratusan sekolah ambruk tidak bisa difungsikan, termasuk SDN 20 Tondo tempat Rika dan Wali bersekolah.

“Ini sudah dibangun lagi. Semoga tidak ambruk dan tidak ada gempa dan tsunami,” kata Wali.

Rika, Wali dan seratus kawannya itu kini memang menempati gedung sekolah baru bantuan dari warga Jawa Tengah yang bekerjasama dengan Keluarga Alumni UGM (Kagama) dan Fakultas Teknik UGM.

“Inilah rasa cinta antar anak bangsa. Sakitnya Donggala, Palu adalah sakitnya kita semua. Investasi inilah yang tidak boleh putus, pendidikan dan persaudaraan,” kata Ganjar.

“Kelebihannya selain tahan gempa, mudah dan cepat dibuat karena struktur rangka baja,” katanya.

Ganjar pun berharap ketersediaan fasilitas tahan bencana tersebut juga diimbangi dengan kemampuan SDM.

“Kita harapkan mereka melatih siswa pengurangan risiko bencana, kalau gempa apa yang mesti apa yang dilakukan,” katanya.HAI

 

Ganjar Latihan Simulasi Tanggap Bencana

PADA hari yang sama, Ganjar Pranowo mengadakan simulasi latihan tanggap bencana. Ganjar nampak memberi beberapa penjelasan dan aba-aba sebelum mengajak mereka untuk bersembunyi di kolong meja. 

Ganjar meresmikan SDN 20 Tondo Sirenja Donggala, Rabu (18/9) yang merupakan bantuan warga Jawa Tengah yang bekerjasama dengan Keluarga Alumni UGM dan Fakultas Teknik Sipil UGM. Ada enam kelas yang dibangun dan dilengkapi ruang kantor, laboratorium, musholla dan toilet.

Ganjar mengatakan seluruh struktur bangunan SD tersebut sekaligus perabotan kelasnya dirancang untuk tahan gempa sekaligus. Usai meresmikan, Ganjar langsung mengajak puluhan siswa untuk latihan tanggap bencana dengan mempraktekkan langsung pemanfaatan perabotan kelas.

“Kalau sudah terasa goyang-goyang buminya, mejanya ini bisa digeser membentuk lingkaran. Kamu yang tengah bisa geser dan langsung masuk ke kolong dan yang ujung juga demikian, geser langsung bersembunyi,” kata Ganjar.

Setiap meja memang didesain berbentuk segi tiga dengan kaki-kaki baja. Dengan sebuah formasi, ketika digeser gabungan tatanan meja tersebut akan membentuk lingkaran. Begitu mendengar instruksi Ganjar itu, beberapa anak masih nampak kebingungan untuk menyusun sampai membentuk lingkaran sempurna.

“Ini kalau sudah membentuk lingkaran sempurna akan mampu menahan beban 200 kilogram lebih. Jadi bisa buat langkah pertama penyelamatan saat gempa,” katanya.

Namun setelah melihat siswa-siswi yang belum paham betul cara menggunakan meja tahan gempa tersebut Ganjar mengatakan mesti ada pelatihan. Paling tidak, kata Ganjar, pelatihan kebencanaan diadakan satu tahun dua kali.

“Tadi saya sudah bilang ke kepala sekolah bikin pelatihan, jangan banyak-banyak minimal satu tahun dua kali saja biar anak-anak paham apa yang mesti dilakukan saat bencana,” katanya.

Selain itu juga mesti ada jalur evakuasi yang harus disiapkan. Untuk warga atau wali murid yang hadir dalam peresmian sekolah tersebut, Ganjar mengatakan setiap instruksi kebencanaan dari pemerintah mesti dipatuhi.

“Pengurangan risiko bencana harus dilakukan bersama-sama. Untuk warga, kalau misalnya ada peringatan dari pemerintah “jangan tinggal di sini ya” saya berharap jawaban iya,” katanya.

Sementara, lanjut Ganjar, BNPB atau BPBD bisa memberi pelatihan, yang dari fakultas teknis atau ilmuwan menyiapkan desain bangunan tahan bencana, recovery mental atau trauma healing.

“Seperti kemarin, orang tidak ada yang tahu likuifaksi, begitu ada kejadian semua tahu dan saya rasa kita akan lebih sadar untuk gerakan ini,” katanya. HAI

Pos terkait