Pegiat Literasi Mandar Salurkan Bantuan Via Laut

IMG-20181014-WA0030

DONGGALA, MERCUSUAR – Relawan pustaka asal Majene, Sulawesi Barat, menyalurkan bantuan logistik kepada korban bencana gempa dan tsunami di wilayah Kabupaten Donggala, dengan menempuh jalur laut. Mereka menyalurkan bantuan di wilayah Kelurahan Labuan Bajo, Kota Donggala, serta wilayah pesisir pantai barat Kabupaten Donggala yaitu Desa Marana, Kecamatan Sindue, kemudian Desa Malei dan Desa Kamonji, Kecamatan Balaesang Tanjung.
Salah seorang relawan, Muh Ridwan Alimuddin, dalam keterangannya di media sosial Facebook, Kamis (10/10/2018) mengatakan, sejumlah desa di pesisir pantai barat Kabupaten Donggala yang mereka singgahi tersebut, merupakan bagian dari wilayah pusat gempa yang terjadi lebih sepekan lalu. Akses darat menuju lokasi ini kata dia, terhambat diakibatkan longsor, sehingga warga setempat terpaksa bertahan hidup dengan minimnya bahan pokok yang dimiliki.
“Penyaluran bantuan berupa logistik sangat terbatas didapatkan, akibat akses yang terkendala,” ujarnya.
Berdasarkan pernyataan salah seorang warga di Balaesang Tanjung, selama pasca gempa, mereka baru menerima satu kali bantuan logistik yang dibawa melalui jalur udara, itupun sangat terbatas. Belum lagi dengan kondisi sekarang, di mana warga masih berada di lokasi pengungsian sejak pasca gempa, sehingga untuk tetap bertahan, warga menjadikan buah kelapa, pisang dan beberapa hasil kebun lainnya sebagai makanan pokok untuk saat ini.
“Melalui jalur laut, kami mengunjungi lokasi ini sebagai target penyaluran bantuan, berupa logistik, terutama kebutuhan anak-anak dan ibu hamil,” lanjutnya.
Setibanya di lokasi pendistribusian logistik bantuan di Desa Kamonji, Kecamatan Balaesang Tanjung, pihaknya memilih untuk tidak berlabuh tepat di bibir pantai, melihat warga yang agresif untuk mendapatkan bantuan, dikarenakan minimnya bantuan yang mereka dapatkan. Dalam penyaluran bantuan tersebut, pihaknya terpaksa melalui perantara sampan (perahu kecil), untuk menghampiri warga dan melakukan koordinasi terlebih dahulu ke aparat desa, untuk mengefektifkan pembagian bantuan kepada warga setempat secara merata.
Mengantarkan bantuan langsung ke korban, menurutnya ‘baik-baik susah’.Baiknya, bantuan diterima langsung oleh masyarakat, tidak tertahan atau menumpuk di posko. ‘Susahnya’, sebelum menurunkan bantuan, harus ada ‘negosiasi’ dulu dengan masyarakat, membuat kesepakatan agar pembagian lancar dan sedapat mungkin merata.
“Kalau mau gampang, bantuan ‘lemparkan’ saja. Tapi cara begitu kurang manusiawi dan akan rebutan; tidak merata. Jadi kami minta baik-baik supaya tidak terjadi rebutan,” jelasnya.
Salah satu trik adalah bantuan lebih melibatkan ibu-ibu dan anak-anak dibanding bapak-bapak.
Jadi yang akan menerima adalah ibu-ibu yang potensi teraturnya lebih besar, dibanding kaum bapak-bapak.
“Kami buat tematik, misalnya membuat paket yang sebagian besar ‘urusan’ perempuan, yakni sabun, pembalut, obat keluarga. Juga membuat pembagian khusus bagi ibu yg memiliki anak 2 tahun ke bawah, isalnya kalau mau bagi susu atau bubur usia tertentu). Saat akan bagi susu UHT, barisannya lain lagi, yang berisi anak-anak SMP ke bawah. Nanti setelah terkondisikan, sedikit-sedikit baru untuk bapak-bapak,” jelasnya.
Pegiat literasi asal wilayah Pantai Barat, Kabupaten Donggala, Muhidin M Dahlan, mengatakan, siasat pendistribusian bantuan ini juga yang dipakai pemenang Nobel asal Bangladesh, M. Yunus. Kata dia, setelah pelaut dan pegiat literasi asal Mandar merapat ke kawasan terisolasi di salah satu kecamatan di pantai barat Kabupaten Donggala, kini saatnya Pemda hadir untuk secara ajeg menurunkan bantuan.
“Jalur laut lebih dekat jaraknya antara Kota Donggala – Balaesang Tanjung ketimbang via darat yang mesti berputar melewati Palu. Terima kasih Kapitan Literasi Mandar, Muh Ridwan Alimuddin, yang dengan segala kelapangan dada sudah memasuki perairan pantai barat untuk misi kemanusiaan,” tutupnya. JEF/*

Pos terkait