PALU, MERCUSUAR – Pemerintah Kabupaten Donggala bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Tadulako (Untad), Kamis (30/9/2021), melaksanakan seminar akhir, terkait kawasan pengembangan peternakan skala mini Ranch Sapi Donggala, bertempat di Aula Fapetkan Untad. Kegiatan yang juga dihadiri Wakil Bupati Donggala ini, dalam rangka kegiatan Survei Investigasi dan Desain (SID),
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Donggala, Ardin Taiyeb, dalam sambutannya mengatakan, tujuan dilaksanakannya seminar akhir kali ini, untuk melakukan peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Donggala, khusunya di Desa Kumbasa, Kecamatan Sindue. Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan pada 2019, namun karena pandemi, anggaran difokuskan untuk mengurus hal tersebut.
“Alhamdulilah pada tahun ini baru dapat dilaksanakan, setelah melalui proses di lapangan bersama tim dari Untad. Hal ini terjadi karena pemotongan anggaran, sehingga dua kegiatan SID dan detail engineering desain tetap dilaksanakan, meski dengan dana terbatas,” ujarnya.
Kata Ardin, dua dokumen ini nantinya akan diberikan ke Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, untuk pembiakan/pemurnian dari genetik Sapi Donggala, untuk menambah populasi sapi endemik Donggala. Donggala kata dia, adalah kabupaten yang memiliki sapi dengan standar nasional, seperti Sapi Aceh, Madura, Bali.
“Oleh karena itu, dokumen ini disusun untuk menyahuti hasil kesepakatan kerjasama dengan Pemerintah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, dalam rangka untuk memberi suplai sapi dan daging sapi Donggala dan daerah lain di Kabupaten Donggala,” jelas Ardin.
Pada kesempatan yang sama, Ketua LPPM Untad, Dr. Muh Rusydi H, M.Si, berharap agar ke depannya, setiap penelitian yang dilakukan, dapat teraplikasikan ke masyarakat dan tidak berakhir sebagai jurnal dan laporan saja.
“Kegiatan ini adalah acara yang sebenarnya sudah dirancang sebelumnya, antara Untad dan Pemkab Donggala. Saat ini bentuk kesepakatan kita, banyak ke arah peternakan, yang tidak menutup kemungkinan untuk mengarah ke bidang teknik, karena akan muncul bio energi yang dibutuhkan, seperti biogas,” ujarnya.
Kata dia, tidak menutup kemungkinan masyarakat membutuhkan gas dari hasil limbah peternakan yang dihasilkan, sehingga masyarakat tidak perlu membeli gas lagi ke depannya, jika hal tersebut telah dikembangkan.
“Pupuk juga potensial di sana, yang mungkin bisa melibatkan pula pihak pertanian. Oleh karena itu, LPPM hadir untuk mewadahi semua kemungkinan tersebut. Kemudian di LPPM banyak juga anggaran dari kementerian yang bisa kita kolaborasikan,” ujarnya.
Selain itu kata dia, LPPM juga gencar untuk mensosialisasikan kegiatan ini, karena melihat banyak sekali penelitian yang dilakukan, tapi berhenti di laporan dan jurnal. Jika bisa diaplikasikan dengan masyarakat, akan lebih baik.
“Kami akan mencoba agar semua hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dapat tersampaikan ke pihak pemkab dan teraplikasikan ke masyarakat,” ujarnya.
Wakil Bupati Donggala, Moh. Yasin mengatakan, sapi Donggala berpotensi menjadi branding Donggala dari sisi peternakan.
“Kita tahu, sapi Donggala merupakan branding yang punya potensi, namun belum terkelola dengan baik dan maksimal. Apalagi kita sudah ada kesepakatan kerjasama dengan Balikpapan, yang jika kita menyetujui mengirimkan sapi kita tanpa melakukan pengembangbiakan, maka sapi endemik kita bisa habis dalam kurun waktu tertentu,” ujarnya.
Untuk itu kata Yasin, penting untuk mengetahui teknologi atau ilmu yang dapat memaksimalkan pengembangbiakan sapi ini. Menurutnya. banyak negara yang maju peternakannya, karena melibatkan teknologi.
“Jangan sampai penelitian ini dokumen semata. Harus bisa dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat dan pengembangan ekonomi,” papar Yasin.
Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan (Fapetkan) Untad, Dr. Ir. Rusdin, MP memaparkan, peningkatan kualitas sapi Donggala masih terus dilakukan, dengan harapan mendapatkan kualitas yang baik, sehingga mampu menjadi treading sector.
“Penelitian ini sudah memasuki tahun kedua dan saat ini Pemkab Donggala, terus mendorong sapi Donggala menjadi komoditi unggulan. Saat ini, dari 23 ciri yang dimiliki sapi Donggala, masih 16 ciri yang jelas terkait dengan sapi Donggala. Dengan demikian, 17 ciri yang belum terungkap, perlu tindakan lanjut khusus yang dilakukan oleh LPPM dan Pemkab Donggala terkait sapi endemik lokalnya,” jelasnya.
Hal yang juga menjadi perhatian Fapetkan kata dia, sesuai dengan visi misi fakultas tersebut hingga 2045, adalah untuk mendorong kearifan local, yang jika dilihat dari sisi peternakan, menjadi sumber daya lokal. Hal itu menjadi konsentrasi kami yang dengan demikian dapat mewujudkan Tri Dharma perguruan tinggi bersama dengan pemerintah daerah. Peningkatan genetik sapi donggala juga masih membutuhkan waktu dan akan digabungkan dengan penelitian terkait lainnya sehingga kedepannya sapi Donggala, menjadi treading sector yang menjanjikan. */JEF