TONDO, MERCUSUAR – Pemerintah Kota Palu melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah distributor telur dan ayam di Kota Palu, Kamis (30/10/2025), guna memantau langsung perkembangan harga serta ketersediaan stok di pasaran yang belakangan mengalami kenaikan.
Adapun distributor yang dikunjungi antara lain Raja Telur di Jalan R.E. Martadinata, PT. Laris Manis Utama di kawasan Pergudangan Layana Indah Jalan Soekarno-Hatta, serta PT. Segar Kumala Indonesia Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan pengiriman bahan pangan.
Dalam kunjungannya, Wakil Wali Kota Imelda menyampaikan bahwa sidak tersebut dilakukan menyusul kenaikan harga telur ayam yang cukup meresahkan masyarakat.
“Hari ini kita melakukan sidak untuk telur ayam dan daging ayam, karena memang di pasaran agak sedikit naik harga telur ayam. Sampai yang ukurannya jumbo itu Rp63 ribu per rak, dan ukuran kecil Rp58 ribu. Ini cukup meresahkan karena harganya tinggi,” ujar Imelda.
Dari hasil dialog dengan sejumlah distributor, diketahui bahwa kenaikan harga telur disebabkan oleh kelangkaan pakan ayam, khususnya jagung, yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi.
“Tadi kami tanyakan kepada distributor telur kenapa harganya agak mahal. Itu terkait dengan pakan jagung yang langka, jadi jagung juga mahal, jadi pakannya langka,” jelasnya.
Imelda menegaskan, Pemkot Palu akan memantau perkembangan harga telur dan ayam selama sepekan ke depan, mengingat pasokan telur untuk wilayah Palu tidak hanya berasal dari produksi lokal, tetapi juga dari daerah lain seperti Sigi dan Makassar.
Selain itu, ia juga meminta Satgas Pangan untuk melakukan pemantauan harga setiap hari guna mencegah terjadinya lonjakan harga yang tidak wajar.
“Kita minta kepada Satgas Pangan untuk bisa mengecek setiap hari terkait kenaikan harga telur ini,” tegas Imelda.
Lebih lanjut, Imelda mengungkapkan bahwa kenaikan harga telur turut berdampak pada dapur umum MBG (Mass Feeding Group) yang banyak menggunakan bahan tersebut, sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan masyarakat di pasaran.
Sementara itu, untuk harga daging ayam, masih relatif stabil pada kisaran Rp35 ribu hingga Rp40 ribu per ekor, meski stok di beberapa distributor cepat habis.
“Harga ayam itu tidak terlalu tinggi, masih berkisar di harga Rp35 ribu – Rp40 ribu per ekor. Tapi memang satu minggu itu cepat sekali habisnya, karena kebutuhan dari dapur MBG yang besar,” katanya.
Imelda menambahkan, sebagian masyarakat kini mulai beralih dari ayam segar ke ayam beku (frozen) lantaran harga ayam segar relatif lebih tinggi.
Lebih jauh, Imelda berharap adanya intervensi dari pemerintah pusat untuk menstabilkan harga telur dan ayam, sebagaimana kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah diterapkan pada komoditas beras.
“Kami harap pemerintah pusat bisa mengintervensi ini, sama seperti harga beras yang sudah diseragamkan pada HET. Premium di Rp14.900 dan medium Rp13.500. Nah, kita harap begitu juga untuk telur dan ayam,” harapnya.
Dari hasil sidak, Imelda memastikan bahwa stok ayam di dua gudang besar Kota Palu dalam kondisi aman, sementara untuk telur, ketersediaannya cukup, meski harga masih perlu distabilkan akibat faktor pakan.
“Kami lihat di dua gudang ini aman untuk stok ayam. Tidak ada masalah. Tinggal telur saja, karena faktor pakan jagung. Tapi untuk ketersediaan telurnya banyak, hanya harganya yang coba kita stabilkan,” pungkasnya. UTM
 
									 
													






