PALU, MERCUSUAR – Pengorbanan yang tulus kepada Allah SWT dimulai dari sebuah ketaatan. Sehingga membuat manusia tidak merasa terbebani dengan perintah.
“Peristiwa yang terjadi antara Nabi Ibrahim AS dan anaknya, Nabi Ismail AS, yang diabadikan dalam Al-Qur’an, menjadi pelajaran penting bagi umat manusia tentang nilai pengorbanan,” ujar Mohammad Roisul Ausath, muballigh muda Muhammadiyah, dalam khutbah shalat Iduladha, di halaman Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Fatimah Azzahrah Kelurahan Mamboro, Jumat (6/6/2025).
Menurutnya, landasan dari sebuah kekuatan untuk berkorban bukan hanya soalan keikhlasan. Namun bagaimana membangun diri untuk lebih taat kepada Allah SWT, sehingga selalu berprasangka baik, terhadap semua perintah dari Sang Pencipta.
Santri kelas XII Muhammadiyah Boarding School (MBS) ARF Sleman itu menyebutkan ada pertarungan batin yang dialami Ibrahim AS, sebagai sosok seorang ayah dan seorang utusan Allah SWT, ketika ada perintah untuk menyembelih Ismail. Meskipun kemudian diganti dengan seekor domba.
“Namun perasaan itu ditepis, karena ini adalah perintah dari Tuhan. Kemudian anaknya pun merelakan dirinya untuk dikorbankan,” imbuhnya.
Ausath menegaskan, berkurban bukan semata memotong hewan untuk dibagikan ke fakir miskin. Tetapi juga menyembelih ego, yang menjadi penghalang besar meraih nilai ketaatan. MBH