SIGI, MERCUSUAR – Sejumlah perwakilan instansi pemerintahan, swasta, serta Non-Government Organization (NGO) di Kabupaten Sigi, mengikuti Pelatihan Sistem dan Prinsip Kemanusiaan, yang dilaksanakan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Sigi melalui BPBD, serta konsorsium Non-Government Organization (NGO) melalui program Locally Led Disaster Preparedness and Protection (LLDPP), di sejumlah lokasi di Kabupaten Sigi, Rabu (11/8/2021).
Dalam pelatihan tersebut, para peserta yang merupakan representasi lintas sektor dalam penanggulangan bencana di daerah, diberikan beberapa pemahaman terkait sistem dan prinsip-prinsip kegiatan kemanusiaan. Di antaranya terkait paradigma penanggulangan bencana, aktor-aktor utama penanggulangan bencana, serta akuntabilitas dalam penanggulangan bencana.
Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi, Asrul Repadjori, dalam sambutannya saat membuka kegiatan di Taman Jati Langaleso mengatakan, melalui pelatihan tersebut, para aktor penanggulangan bencana di lintas sektor dapat semakin memahami fungsinya dan tugasnya masing-masing, sehingga dapat mengurangi adanya kekurangan-kekurangan dalam penanggulangan bencana yang masih terjadi.
“Tujuannya bagaimana meningkatkan sumber daya kita, berkaitan dengan penanganan bencana. Memahami konteks kita sebagai pemangku kepentingan,” kata Asrul.
Ia menegaskan, dalam penanganan bencana apapun tidak akan berjalan maksimal, jika pihak-pihak terkait berjalan secara sendiri-sendiri, karena ingin menonjolkan pihaknya sendiri.
“Semuanya harus berkoordinasi dengan baik, tidak bisa kita merasa lebih dari yang lain. Kalau justru itu kita lakukan, maka penanganan bencana tidak akan berjalan seperti apa yang kita harapkan,” tegas Asrul.
Sementara itu, Program Manager LLDPP ADRA Indonesia, Amin Aminudin menjelaskan, tujuan pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari tersebut, adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas SDM di Kabupaten Sigi, sehingga ke depan dapat semakin siap dan siaga dalam menghadapi bencana.
“Bekal pengetahuan ini akan sangat membantu menambah wawasan, membuka cakrawala untuk lebih memahami, bagaimana sesungguhnya kita semua sebagai pekerja kemanusiaan dan pegiat penanggulangan bencana apapun latar belakang kita,” ujar Amin.
Menurutnya, pemahaman tentang prinsip dan sistem kemanusiaan sangat penting, karena dalam kenyataannya di beberapa bencana, masih ada yang abai terhadap nilai-nilai dan prinsip standar kemanusiaan. Hal itu, kata Amin, akan mereduksi tujuan kegiatan respon kedaruratan, yakni untuk menyelamatkan jiwa manusia dan meningkatkan harkat dan martabat para penyintas.
“Pelatihan ini bagian dari rangkaian penguatan kapasitas, yang dalam waktu dekat selama periode implementasi program LLDPP ini mudah-mudahan nanti akan kita uji dalam kegiatan simulasi,” pungkas Amin. IEA