Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana, BPBD Kota Palu Gelar Rakor Persiapan Simulasi Bencana Gempa Bumi

PALU, MERCUSUAR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) I sebagai langkah awal persiapan pelaksanaan simulasi bersama bencana gempa bumi dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Tahun 2025. Rakor yang dilaksanakan di Kantor Wali Kota Palu ini dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah Kota Palu, Irmayanti, didampingi oleh Kalaksa BPBD Kota Palu, Presly Tampubolon.

Rakor ini dihadiri berbagai unsur lintas sektor, di antaranya DPRD Kota Palu, TNI, Polri, Basarnas, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat), Satpol PP, ORARI, PMI, BMKG, Forum PRB Kota Palu, NGO, serta unit kerja di lingkungan Setda Kota Palu.

Dalam rakor ini, dibahas pentingnya pelibatan seluruh OPD agar memahami tupoksi mereka masing-masing sebelum skenario simulasi dibahas lebih jauh. Gayus dari BPBD menjelaskan bahwa rapat ini fokus pada pengenalan kegiatan, sementara pembahasan skenario akan dilanjutkan dalam Rakor II pada 9 Mei 2025. Selanjutnya akan dilakukan Table Top Exercise (TTX) guna memperkuat pemahaman tiap unsur sebelum simulasi lapangan dilaksanakan.

Kalaksa BPBD juga memaparkan skenario pelaksanaan simulasi yang direncanakan akan berlangsung di Kantor Wali Kota Palu pada 15 Mei 2025, termasuk struktur komando, jalur evakuasi, dan penanganan kelompok rentan seperti penyandang disabilitas. Salah satu korban simulasi akan disimulasikan menggunakan kursi roda untuk menguji kesiapan sistem evakuasi inklusif.

Perwakilan Basarnas, Dinas Damkar, dan Kodim 1306 turut memberikan masukan terkait teknis evakuasi, pelaporan korban, dan pentingnya posko komunikasi khusus. Sementara BMKG menekankan validitas data gempa dan penggunaan sirene darurat untuk peringatan dini.

Rakor juga menyoroti pentingnya evaluasi pasca-simulasi untuk menguji efektivitas sistem komando, sistem informasi, serta kesiapan OPD dalam merespons kondisi darurat secara terkoordinasi. Disepakati pula perlunya forum komunikasi terpadu agar tidak terjadi tumpang tindih data saat bencana terjadi.

Simulasi ini diharapkan bukan hanya menjadi seremoni, tetapi sarana untuk membangun budaya tanggap bencana di lingkungan pemerintahan dan masyarakat Kota Palu. JEF

Pos terkait