PALU, MERCUSUAR – Tim DVI Polda Sulteng, PMI, Tagana dan BPBD Sulteng yang tergabung dalam tim forensik, melakukan identifikasi potongan jenazah di salah satu hotel di Jalan Tanjung Dako, Rabu (27/2/2019).
Identifikasi awal tersebut untuk memudahkan tim DVI melakukan identifikasi lanjutan. Setelah potongan jenazah dievakuasi dengan menggunakan baju khusus ke dalam kantong plastik, potongan tubuh tersebut kemudian dibawa ke rumah sakit.
Beberapa barang milik korban yang berhamburan di sekitar hotel, berupa perhiasan, ponsel, aksesoris serta benda lainnya diamankan dan dipisahkan dari potongan tubuh yang diduga berjenis kelamin perempuan.
Usai mengevakuasi potongan jenazah, tim forensik kemudian membuat laporan untuk penyerahan potongan jenazah, dan memotret TKP sebagai laporan kepada atasannya masing-masing.
Demikianlah simulasi penanganan jenazah, pasca ledakan bom yang digelar di salah satu hotel di Kota Palu. Simulasi tersebut menggunakan potongan boneka dalam pelatihan sesi praktik pencarian dan pemulihan jenazah pada kondisi darurat untuk respons pertama. Kegiatan yang digelar oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC) itu yang dipandu oleh ahli forensik ICRC, Eva Bruenisholz, dan diikuti oleh TNI, polisi, BPBD, Tagana, Pemprov, Dinsos dan sejumlah perwakilan pers di Kota Palu.
“Pahami rantai komando, kemudian ikuti panduan dan prosedur yang berlaku, dan ingat, peran anda penting dan proses identifikasi bergantung pada anda. Seta bertindaklah secara etis, rajin, penuh hormat dan bertanggung jawab,” ujar Eva, yang memandu simulasi didampingi penerjemahnya.
Eva menegaskan, kalau seorang responden yang pertama kali tiba di TKP haruslah sudah aman dari lingkungan TKP, yang banyak bertebaran potongan jenazah, sebab menurut Eva, jenazah yang berserakan memiliki penyakit yang menular, yang bisa membahayakan responden yang pertama kali terjun ke TKP.
Dalam setiap anggota tim berjumlah minimal tiga orang, dengan pembagian tugas, salah satunya mengevakuasi jenazah ke kantong jenazah, kemudian satu orang bertugas mencatat, dan yang terakhir adalah memotret setiap sudut TKP.
“Hormati jenazah, jangan menyebar foto potongan jenazah, selain berbentuk laporan, yang sifatnya rahasia. Jangan menyebarkan di media sosial, itu pelanggaran, dan tidak beretika,” tegas Eva.
Deputi Koordinator Komunikasi ICRC, Generesius Blomen Nomer, atau yang akrab disapa Soni, menjelaskan kalau kegiatan yang digagas oleh ICRC bertujuan untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang penanganan jenazah yang berstandar internasional, sehingga prosesnya bisa lebih maksimal, dan relawannya lebih terjaga kesehatannya.
“Kami juga mengundang jurnalis supaya rekan-rekan jurnalis juga memahami posisi pengambilan gambar, dan tahu dimana harus bertindak,” pungkasnya. NDA