PALU, MERCUSUAR -Belum banyak yang mengenal minuman olahan gula aren yang diramu dengan beberapa rasa yang menyegarkan, dan mulai dikemas tak kalah dengan produk minuman kemasan yang telah banyak beredar di masyarakat saat ini.
Jaryono, salah seorang pegiat dan pemerhati produk-produk dari gula aren, mulai memproduksi beberapa olahan dari gula aren, yang begitu banyak tumbuh, hampir di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.
“Potensi aren begitu melimpah, sayang jika tidak dimanfaatkan dan dikelola, tak sekadar hanya menjadi gula batok, yang selama ini banyak dijual di pasaran” ujarnya, Kamis(28/3/2019)
Ia kemudian mulai memproduksi minuman yang diberi label Arenga Forest, dengan beberapa cita rasa, di antaranya perpaduan coklat dan aren, nangka dengan aren, durian aren, serta jahe dan aren.
“Sekalipun memang produksi masih terbatas, saya bertekad dan berusaha, agar produk ini bisa merebut hati masyarakat, untuk juga menikmati produk lokal yang bahan bakunya melimpah di daerah ini,” pinta Jaryono, yang sehari-harinya bekerja di KPH Dampelas Tinombo.
Pada satu kesempatan rapat komite konsultatif Forest Invesment Programme II, di salah satu hotel di Kota Palu, produk minuman dalam kemasan tersebut, menjadi salah satu minuman bagi peserta rapat dan mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, Nahardi, yang hadir membuka secara resmi rapat yang melibatkan pemangku kepentingan di sektor kehutanan tersebut.
Nahardi mengatakan, dengan hadirnya KPH, merupakan upaya untuk tata kelola hutan dan mendukung ekonomi, untuk kesejahteraan masyarakat, terlebih lagi mendapat dukungan program yang memperkuat kapasitas KPH, agar menjadi mandiri dan mendukung upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
“Setelah penguatan kapasitas, tentunya harus ada aksi-aksi nyata, salah satunya adanya produk-produk seperti yang saat ini ada di hadapan kita, sekalipun masih sangat sederhana, akan tetapi kedepan akan lebih baik, semisal dari sisi kualitas dan kuantitas dan kegunaan produk,” ujar Nahardi.
Ia menambahkan, jangan takut untuk memulai atau berbuat, karena jika tidak dimulai, maka tidak akan diketahui kekurangan, masalah maupun kendala yang akan dihadapi, termasuk solusi untuk menyelesaikannya.
”KPH harus sudah mulai melakukan aksi-aksi nyata, karena penguatan kapasitas untuk menuju kemandirian, terus dilakukan. Saya ingin melihat produk yang ada ini, bisa ditampilkan pada Expo Sulteng mendatang,”tegasnya. TIN/*