Program CERAH, Siap Perkuat Ketahanan Sistem Layanan Kesehatan di Sulteng

Peluncuran program CERAH (Climate Emergency, Reproductive Rights and Health! Krisis Iklim, Hak Kesehatan dan Reproduksi) di Sulteng, yang dilaksanakan di Aston Hotel Palu, Rabu (6/11/2024). FOTO: JEFRI/MS

LOLU SELATAN, MERCUSUAR – Krisis iklim tidak hanya berdampak terhadap lingkungan, tetapi juga sektor kesehatan. Studi kolaborasi antara Yayasan Inisiatif Perubahan Akses menuju Sehat (IPAS) Indonesia bersama dengan Universitas Hasanuddin menunjukkan, krisis iklim yang diperparah dengan bencana alam di Sulawesi Tengah (Sulteng) bisa menyebabkan krisis kesehatan, terutama akses layanan kesehatan reproduksi. Selain itu. kondisi tersebut menyebabkan naiknya kasus Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS).

Untuk meningkatkan ketangguhan sistem layanan kesehatan, termasuk penanganan kasus KBGS, Yayasan IPAS Indonesia meluncurkan program CERAH (Climate Emergency, Reproductive Rights and Health! Krisis Iklim, Hak Kesehatan dan Reproduksi) di Sulteng, yang dilaksanakan di Aston Hotel Palu, Rabu (6/11/2024). Program ini akan dilakukan di tiga kabupaten di Sulteng, yakni Sigi, Donggala dan Parigi Moutong dari 2024 hingga 2026.

Direktur Eksekutif Yayasan IPAS Indonesia dr. Marcia Soumokil, MPH mengatakan, ketangguhan sistem layanan kesehatan sangat mendesak di tengah krisis iklim yang terus berlangsung. la menegaskan, dalam situasi bencana akibat krisis iklim, akses kesehatan reproduksi, terutama untuk perempuan dan remaja perempuan serta layanan kesehatan bagi korban dan penyintas KBGS perlu menjadi prioritas. 

“Kami berharap, program CERAH ini bisa menjadi program percontohan bagi daerah- daerah di Indonesia dalam meningkatkan ketangguhan sistem layanan kesehatan primer baik dalam situasi bencana maupun non-bencana,” ujar dr. Marcia.

la menambahkan, CERAH merupakan program pertama Yayasan IPAS Indonesia yang fokus pada dua isu sekaligus yakni, kesehatan reproduksi dan krisis iklim. 

“Pembelajaran dari program ini sangat penting dan proses ini membutuhkan kolaborasi dan partisipasi baik dari masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak lain untuk mewujudkan keadilan iklim, keadilan reproduksi dan keadilan gender,” tegasnya.

“Yayasan IPAS Indonesia mengapresiasi pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong yang telah bersedia untuk berkolaborasi dalam progam CERAH ini. Kolaborasi ini merupakan komitmen yang penting dalam memberikan harapan dan jaminan terkait dengan hak-hak kesehatan reproduksi,” pungkasnya.

Sementara itu, Gubernur Sulteng yang diwakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, I Komang Adi Sujendra, dalam sambutannya, mengucapkan apresiasi dan berterima kasih kepada Yayasan IPAS Indonesia yang telah mengagas program ini, sebagai upaya untuk meningkatkan akses kesehatan khususnya dalam konteks keadilan reproduksi di Sulteng. Kata dia, program ini merupakan sebuah inisiatif yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan, khususnya remaja perempuan, sekaligus memperkuat ketahanan iklim dengan pendekatan yang holistik. 

“Program ini tidak hanya berupaya untuk memenuhi kebutuhan kesehatan individu, tetapi juga mengintegrasikan aspek-aspek berkelanjutan dan mitigasi dampak perubahan iklim dalam sistem kesehatan,” ujarnya.

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan OPD Pemprov Sulteng, OPD dari tiga kabupaten di Sulteng, yakni Sigi, Donggala dan Parigi Moutong, perwakilan LSM, fasiltas kesehatan, kepolisian dan media. */JEF

Pos terkait