BESUSU TENGAH, MERCUSUAR – Kasus pencabulan yang melibatkan sekelompok pelajar di salah satu sekolah di Kota Palu, menjadi perhatian psikolog muda, Rini Junita Bakri Hasanudin. Menurutnya, pentinganya kelekatan emosional anak dengan orang tua dapat mencegah hal-hal negatif.
Dia melanjutkan, kasus pecabulan yang rentan dilakukan anak-anak bisa saja dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dimana anak semakin memudahkan mengakses hal-hal yang berbau seksualita. Selain itu, bisa didasari karena ada rasa penasaran tinggi tentang hubungan lawan jenis.
“Rasa penasaran inilah bisa menuntun anak ke hal hal negative,” jelasnya.
Juju sapaan akrabnya, mengatakan perilaku pencabulan atau pornoaksi bisa dimulai dari hal sederhana yakni dari pegangan tangan, pelukan, ciuman, pegang-pegang anggota tubuh, sampai intercourse. Kenekatan biasanya terjadi karena ada dorongan kuat dari naluri yang biasanya tidak salah menjadi salah kalau dilakukan.
“Kalau faktor ini tidak terkontrol akan semakin parah. Terkadang meraka melakukannya karena terpancing teman-temannya dan mau diakui, mau diterima dikelompok perteman bahkan merasa hebat. Dalam kondisi itu, anak-anak yang sudah kelas 5 SD sampai remaja itu biasanya muda terprovokasi, dan akhirnya mengikuti naluri seksnya, sehingga terjadilah perilaku seksual yang tidak seharusnya,”terangnya.
Juju menjelaskan, berbicara tentang upaya pencegahan, sebenarnya dimulai dari rumah dan lingkungan yang berperan penting. Karena anak masih belum tahu dia harus berperilaku seperti apa? Perilaku anak terbentuk dari hal-hal yang ditanamkan oleh orang tua dan lingkungannya.
Jika hal pencegahan ini dilakukan, anak akan lebih memiliki kelekatan emosional dengan orang tuanya. Dengan begitu, anak menjadi mudah untuk berbagi cerita ke orang tuanya, bertanya hal-hal apapun, dan rasa penasaran menemukan jawaban dari orang yang tepat. Bukan mencari sesuka hati pada media yang salah, orang tua juga harus memberikan pembelajaran tentang keagamaan
Perilaku anank memang menitikberatkan ke orang tua, tapi sekolah juga punya kendali untuk upaya pencegahan melalui pendidikan seksual usia dini dengan baik. Orang tua dan pihak sekolah sebaiknya bekerja sama dan berperilaku terbuka untuk meladeni cerita-cerit anak, mendekatkan diri ke anak, dan tidak penuh penghakiman tapi penuh pengertian.
“Naluri seksual itu wajar, tapi yg namanya naluri bisa dikontrol bahkan diubah jadi energi positif. Dari pada fokus ke naluri seksual, mending bermain atau diskusi atau menggambar atau belajar sama-sama,”pungkasnya. IKI