PALU, MERCUSUAR – Puluhan peserta mengikuti kegiatan bertajuk “Jalan-jalan Bareng Journastoria”, yang dilaksanakan pada Sabtu (3/9/2022). Kegiatan ini mengambil tema “Menelusuri Jejak Tionghoa di Kota Palu”.
Kegiatan dimulai pada 15.30 WITA dengan titik start di lokasi bekas sekolah Tionghoa, yang terletak di Lorong Bhakti, Jalan Gajah Mada, Kelurahan Ujuna, Kecamatan Palu Barat. Dari situ, peserta berjalan kaki menyusuri rute Jalan Gajah Mada – Klenteng – Jalan Teuku Umar – Jalan Sungai Lewara – Jalan Sungai Kinore (SD Muhammadiyah 1 Palu) – Jalan Gajah Mada dan kembali ke lokasi bekas sekolah Tionghoa.
Adapun kegiatan ini diikuti oleh belasan siswa SMA Karuna Dipa yang didampingi guru pendamping, sejumlah wartawan, mahasiswa UIN Datokarama Palu, serta sejumlah peserta dari kalangan komunitas.
Penggagas kegiatan, Jefrianto mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat, mengenai sejarah masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Palu, lewat beberapa titik lokasi yang menjadi penanda hal tersebut. Selain itu kata dia, dengan kegiatan ini, diharapkan kawasan yang menjadi penanda kehadiran masyarakat Tionghoa di Kota Palu ini, mendapat perhatian dan dilestarikan oleh pemerintah juga masyarakat.
Jefri menjelaskan, titik start, yakni lokasi bekas sekolah Tionghoa, dahulu bernama Chung Hwa Xue Xiao, Beberapa gedung dari sekolah yang dibangun sekitar tahun 1930 ini masih bisa dilihat. Lokasi sekolah ini digunakan sebagai sekolah hingga 1965. Pada 1974 beralih fungsi menjadi IKIP Makassar Cabang Palu (sekarang Untad). Lokasi bekas Sekolah Tionghoa ini, dahulu juga pernah digunakan sebagai Kantor Dikjar.
Kemudian, titik kedua yaitu Jalan Gajah Mada, yang menjadi kawasan pemukiman masyarakat Tionghoa di Kota Palu, sejak akhir abad 19, hingga saat ini. Titik ketiga yakni klenteng yang ada di Jalan Gajah Mada, yang menjadi penanda bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan pemukiman masyarakat Tionghoa.
Titik ke empat, Jalan Teuku Umar dan Jalan Sungai Lewara, juga merupakan lokasi pemukiman masyarakat Tionghoa sejak awal kedatangan di Palu di akhir abad ke-19. Jalan Teuku Umar juga terhubung dengan Pasar Tua, yang menjadi titik vital bagi masyarakat Tionghoa di masa lalu dalam berdagang.
Titik terakhir yakni SD Muhamadiyah 1 Palu, di mana pada saat sekolah Tionghoa ditutup sementara akibat Pemberontakan Permesta tahun 1957/1958, sebagian siswanya memutuskan untuk pindah ke sekolah tersebut. Hal yang sama juga terjadi saat sekolah Tionghoa benar-benar ditutup pada tahun 1965.
“Dari sini bisakita lihat, bahwa masyarakat Tionghoa dan masyarakat lokal serta masyarakat pendatang lainnya di kawasan ini (Ujuna), hidup berdampingan dalam keberagaman,” ujarnya.
Guru pendamping SMA Karuna Dipa, Adi Setiawan, yang mendampingi belasan siswanya yang mengikuti kegiatan ini mengatakan, kegiatan seperti ini penting dilakukan, agar masyarakat lebih mengenal sejarah Kota Palu. Menurutnya, pengenalan terhadap sejarah lokal harus sedini mungkin dilakukan, agar identitas kesejarahan kota ini tetap terjaga.
Journastoria sendiri merupakan sebuah wadah informasi, yang dibuat untuk menginformasikan dan memberikan edukasi mengenai sejarah dan budaya yang ada di Kota Palu. JEF