Rano Kalimpaa Semakin Bising

ka_tnll_jusman
  • Kepala BBTNLL: Kesadaran Pengunjung Masih Rendah

BIROBULI UTARA, MERCUSUAR- Sejumlah warga yang berkunjung ke Rano Kalimpaa atau yang dikenal dengan sebutan Danau Tambing, mengeluhkan suasana dan kondisi danau di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) itu, yang kian hari semakin bising oleh ulah sejumlah pengunjung. 

Salah seorang pengunjung, Diana mengungkapkan, sangat prihatin dengan kondisi Danau Tambing terutama pada malam hari bahkan hingga dini hari, terjadi kebisingan dengan suara-suara teriakan serta alat musik seperti gitar dan lainnya, yang menurutnya sudah diluar batas kewajaran.

“Kalau saya, silakan main musik tapi tidak usah terlalu keras, apalagi sampai berteriak-teriak. Ini kan sudah menganggu kenyamanan, dan kita ini kesini untuk menikmati dan ingin nyaman,”ujarnya.

Keluhan juga datang dari Ferri Novrianto yang menulis di akun FB-nya kemudian dibagikan di akun grup FB BKKPA-ST, dia menulis “sangat memprihatinkan kondisi disana (D. Tambing) karena sampah plastik dimana-mana, hanya dikumpulkan dan dibiarkan, ditinggalkan oleh pengunjung. Belum lagi pada malam hari suasana sangat bising karena suara yg keluar dari alat musik, sound system besar dan juga suara orang yg berteriak teriak. Hal ini sangat mengganggu bagi pengunjung. Jika memungkinkan teman teman di BKKPA ST dapat mendiskusikan ini kepada pihak Balai.
Ketakutan saya, akan banyak terjadi hal hal yg melanggar norma dan hukum disana jika kita melakukan pembiaran. Belum lagi anak anak remaja yg datang berpasang pasangan tanpa ada pengawasan yg baik dari pengelola disana”.

Menanggapi hal itu, Kepala Balai Besar TNLL, Ir. Jusman mengatakan, informasi tata tertib kunjungan sebenarnya sudah ditulis dipapan informasi pintu masuk ke Danau Tambing, termasuk di dalamnya larangan aktivitas yang menimbulkan kebisingan suara.

“Evaluasi kami, saat ini Danau Tambing sebagai salah satu obyek destinasi ekowisata sudah mulai overload, melebihi daya dukung (baik ruang fisik dan kemungkinan dampak) apalagi disertai kecenderungan mulai hadirnya pengunjung secara kelompok untuk acara tertentu seperti outbond, pembinaan SDM, kader pencinta alam dll, yang umum membawa perangkat sound system,” jelasnya, yang dikonfirmasi melalui WhatsApp, Minggu (3/11/2019).

Untuk aktivitas tertentu tersebut, kata Jusman penggunaan sound system terbatas sebagai penunjang kegiatan dengan volume suara seperlunya, “Tidak untuk pagelaran musik,” tegasnya.

Dia melanjutkan, idealnya kapasitas jumlah pengunjung camping ground Rano Kalimpaa yang ada sekarang sekitar 500 -600 orang, tetapi pada hari-hari tertentu bisa sampai lebih dari 1000 pengunjung.

“Kesulitannya, belum ada alternatif lokasi lain yang dapat disarankan untuk pengalihannya pada saat pengunjung telah tiba di lokasi. Kita juga melakukan briefing terkait aturan tertib kunjungan dilakukan oleh petugas,” ujarnya.

Soal sanksi bagi pengunjung atau pelanggar aturan tersebut, kata Jusman sejauh ini masih berupa teguran dan pembinaan. Dia menambahkan, Danau Tambing merupakan bagian dari kawasan TNLL, juga merupakan salah satu Kawasan Pelestarian Alam (KPA) di Indonesia, dan sesuai UU nomor 5 tahun 1990, KPA fungsi pokoknya meliputi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari keanekaragaman hayati dan ekosistem.

Menurutnya, pihak BBTNLL terus berupaya secara maksimal dan professional mengelola ekowisata Rano Kalimpaa, namun memang harus diakui masih banyak pengunjung yang kurang sadar, khususnya dalam hal menjaga kebisingan yang dapat membuat pengunjung lain merasa kurang nyaman. AMR

Pos terkait