PALU, MERCUSUAR — Ketua Umum (Sanghanayaka) Dewan Pimpinan (Sanghakarakasabha) Sangha Theravada Indonesia (STI), Bhikkhu Sri Subhapanno, Mahāthera, memberikan tanggapan terkait pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) STI yang digelar di Kota Palu, 14-15 November 2025. Menurutnya, Rapimnas kali ini menjadi momentum penting untuk mematangkan agenda besar Sangha Theravada Indonesia menjelang peringatan setengah abad pada 23 Oktober 2026 mendatang. Dengan mengangkat tema; Menapaki Jalan Mulia, Bersumbangsih bagi Negeri.
“Fokus utama Rapimnas ini adalah persiapan tahun kencana Sangha Theravada Indonesia. Tahun depan akan dipadati rangkaian kegiatan menuju puncak peringatan setengah abad, sehingga pembahasannya sudah mulai kami lakukan sejak sekarang,” jelas Bhikkhu Sri Subhapanno.
Dalam rangkaian menuju perayaan 50 tahun, Sangha Theravada Indonesia menetapkan enam kota sebagai lokasi kegiatan khusus. Palu, kata Sri Subhapanno, menjadi salah satu kota yang dipilih untuk melaksanakan pengecoran Buddha Rupang, replika (prototype) rupang Buddha dari Candi Plaosan, berada di wilyah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
“Palu kami pilih untuk mewakili Pulau Sulawesi. Pengecoran rupang Buddha adalah kegiatan langka di Indonesia, sehingga kami berharap ini dapat menginspirasi umat,” ujarnya.
Selain Palu, pengecoran akan berlangsung di antaranya, di Medan, Denpasar, Surabaya, Samarinda, DKI Jakarta dan Palu sendiri.
Bhikkhu Sri Subhapanno juga menilai perkembangan umat Buddha di Sulteng cukup pesat. Sejak pertama kali datang ke Palu pada tahun 1990-an, ia menyaksikan pertumbuhan kualitas spiritual, mental, dan pembangunan fasilitas ibadah yang terus meningkat.
“Umat Buddha di Palu dan daerah-daerah seperti Tolitoli, Buol, Banggai dan lainnya berkembang sangat baik. Generasi mudanya pun lebih terbuka dan kolaboratif,” katanya.
Rapimnas di Palu turut menghadirkan banyak bhikkhu dari berbagai daerah. Menurut Sri Subhapanno, pertemuan besar ini bukan hanya forum internal, tetapi juga momen bagi umat untuk berinteraksi dengan para bhikkhu, mengikuti ritual, hingga kegiatan Sanghadana.
“Kegiatan seperti ini menggugah semangat umat untuk meningkatkan kebajikan, moralitas, dan pengembangan batin. Dhamma bukan hanya teori, tetapi harus menjadi sikap hidup,” ujarnya.
Ia menambahkan, Palu selama ini dikenal sebagai kota dengan tingkat toleransi yang tinggi dan hubungan antarumat beragama yang kondusif.
“Moderasi beragama di Palu sudah berlangsung baik. Tinggal ditingkatkan lagi. FKUB juga berjalan efektif. Ini modal sosial yang patut disyukuri,” kata Sri Subhapanno. JEF






