SDM Indonesia Punya Peluang Berkarir di Jepang

IMG_20210319_152548

PALU, MERCUSUAR – Eurasia Foundation bekerjasama dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako, kembali melaksanakan General Lecture Series, Jumat (19/3/2021). General Lecture Series kali ini menghadirkan akademisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dianni Risda, M.Ed, sebagai narasumber. 

Seri kuliah umum ini dilaksanakan secara daring, yang diikuti oleh berbagai kalangan, seperti mahasiswa, akademisi, serta kalangan umum. Dalam pemaparannya, Dianni Risda menjelaskan mengenai Education of Asian Community atau Pendidikan Komunitas Asia. 

Jepang kata Dianni memiliki satu masalah yang cukup krusial, yakni masalah aging society, di mana jumlah lansia yang lebih banyak daripada usia produktif. Menurunnya angka kelahiran kata dia, menjadi salah satu penyebab berkurangnya penduduk usia produktif ini. Menurunnya angka kelahiran ini dipicu oleh keengganan generasi muda Jepang untuk menikah, karena tuntutan dunia kerja. 

Menurutnya, masalah aging society menyebabkan perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor di Jepang, kekurangan sumber daya manusia. Hal ini membuat Jepang melakukan sejumlah cara untuk menyiasati persoalan tersebut. 

Selain melakukan perjanjian kerjasama ekonomi dengan negara-negara Asia, Jepang juga mengeluarkan kebijakan lainnya untuk mengatasi permasalahan aging society. Salah satunya yakni dengan program Welcome To Japan, dengan kebijakan pemberian visa baru bagi SDM asing, seperti Ginou Jisshusei, Tokutei Ginou Jisshusei, dan visa kerja. 

Ginou Jisshusei sendiri merupakan program magang ke Jepang, dengan target peserta yakni mereka yang baru lulus sekolah ataupun peserta yang ingin magang ke Jepang, dengan rentang usia 18 tahun hingga 28 tahun. Sementara Tokutei Ginou Jisshusei atau Specified Skilled Workers (SSW), adalah status visa/ijin tinggal bagi warga negara asing di Jepang, yang mulai berlaku sejak 1 April 2019. Pemegang visa SSW dapat bekerja di perusahaan Jepang dengan hak dan kewajiban yang sama dengan pekerja Jepang.

Lanjut Dianni, Jepang juga aktif menjalin kerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi di luar negeri, untuk peningkatan SDM asing sebagai calon tenaga kerja di Jepang, meliputi pertukaran pelajar, penandatanganan nota kesepahaman (MoU), kunjungan singkat, serta double degree (gelar ganda).

Indonesia kata Dianni Risda, memiliki peluang dengan kondisi aging society di Jepang. Peluang itu kata dia, misalnya terbukanya kesempatan untuk mengisi kekosongan SDM usia produktif di Jepang.

Untuk itu kata Dianni, mahasiswa Indonesia yang tertarik menjadi pekerja di Jepang, agar menyiapkan bekal keahlian dan skill mumpuni, seperti penguasaan bahasa Jepang. JEF

Pos terkait