TALISE, MERCUSUAR- Wali Kota Palu, Hidayat menilai masih banyak sekolah yang keliru memahami isntruksi dari wali kota mengenai penggunaan pakaian adat yang diterapkan setiap hari Kamis bagi siswa-siswi.
“Saya lihat anak-anak kita semua pakai siga untuk yang laki-lakinya dan pakai sampolu yang. Saya kira bukan begitu instruksi saya. Instruksinya adalah anak-anak kita orang Kaili/Palu silakan pakai siga yang dari Jawa pakai blankon, dari Bali silakan pakai Udeng dan seterusnya,” jelas Hidayat, Jumat (10/8/2018).
Selain itu, kata Hidayat , setiap sekolah di Kota Palu diminta sebelum siswa pulang kerumah atau selesai jam pelajaran, harus diakhiri dengan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Untuk dia, berharap kepada pendidik, hal ini terus digenjot agar anak-anak mampu menghargai perbedaan-perbedaan budaya yang begitu kaya di Indonesia ini.
“Sehingga mereka itu tidak saling sikut, memahami budaya bangsa ini, sebab budaya bangsa Indonesia ini begutu besar, begitu luas, hal ini yang harus diperkenalkan sama anak didik kita,” ujarnya.
Diketahui visi misi pembangunan Kota Palu, tema yang diusung Wali Kota Palu Hidayat dan Wakilnya, Sigit Purnomo Said yakni sangat terkait erat dengan empat aspek, jasa, budaya, adat dan aspek iman dan takwa, yang terbagi lagi tiga aspek pembangunan manusia yang tengah didorong Pemerintah Kota Palu.
Menurutnya, aspek budaya pada saat ini mulai tergerus, nilai toleransi di masyarakat juga tergganggu, begitupun juga dengan nilai kekeluargaan, nilai gotongroyong dalam kehidupan bangsa saat ini, sehingga Pemkot terus berupaya untuk mengembalikan nilai-nilai luhur bangsa yang dulu sangat dijunjung tinggi.
“Berbagai upaya Pemkot untuk menjaga nilai-nilai ini dengan membentuk lembaga adat, untuk menjaga nilai yang dari dulu terpelihara di masayarakat. Dampaknya sudah dirasakan namun belum sampai Anumali,” ujarnya. ABS