PALU, MERCUSUAR – Komoditas bahan makanan memberikan kontribusi siginikan pada kenaikan inflasi di Sulteng yang tercatat 0,18 persen (month to month) dengan andil inflasi makanan sebesar 0,11 persen.
“Tingkat inflasi bulanan Juni 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kenaikan ini dipengaruhi kenaikan komoditas harga beras, ikan tongkol, rokok sehingga menggerus daya beli masyarakat,” terang Kepala BPS Sulteng, Simon Sapary saat rilis BPS di ruang Polibu Kantor Gubernur Sulteng yang turut dihadiri Sekprov Sulteng, Novalina Wiswadewa, Kepala Bappeda, Sandra Tubondo, pejabat BPS Provinsi Sulteng, dan OPD di lingkungan Pemprov Sulteng, Senin (1/7/2024).
Kepala Bappeda Sulteng, Sandra Tubondo mewanti-wanti OPD terkait untuk mewaspadai kenaikan inflasi dari sektor makanan terutama beras karena berdampak signifikan pada kenaikan inflasi. Pihaknya meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah untuk memantau persediaan beras karena dari data stok beras surplus tapi fakta di lapangan harga beras naik karena stok kurang.
“Awasi distribusi beras di perbatasan untuk mengantisipasi pengiriman ke luar daerah dan data yang kami peroleh stok beras surplus tapi harga tinggi,” ujarnya.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulteng, Donny Iwan Setiawan mengakui pihaknya secara rutin melakukan pemantauan dan mendorong aparat di kabupaten untuk melakukan kerjasama antar daerah dalam provinsi, khususnya daerah yang defisit beras kerjasama dengan daerah penghasil beras.
“Kami secara rutin terus melakukan pemantauan dan monitoring keluar masuknya komoditas di daerah perbatasan akan didiskusikan secara teknis dengan stakeholder lainnya,” pungkasnya. HAI