TALISE, MERCUSUAR- Setahun pascabencana, sejumlah petani garam di lokasi pegaraman Kelurahan Talise, mulai terlihat bangkit dan kembali menjual hasil panenan garamnya.
Sebut saja Jumiati (46), ia kini merasakan penjualan garamnya mulai dicari pembeli pascabencana September 2018 lalu. Jumiati yang melanjutkan usaha turun temurun dari orang tuanya dengan bertani garam mengatakan, tidak memiliki penghasilan tambahan selain dari hasil usaha garam yang selama ini ia garap bersama suaminnya, demi memenuhi kebutuhan keluarga.
“Saya berharap cuaca panas dapat berlangsung panjang, sehingga saya bisa mendapatkan kualitas garam yang baik, untuk dijual,” jelasnya, saat ditemui, Kamis (26/9/2019).
Wanita yang telah mengenal pengelolaan garam sejak duduk di bangku sekolah dasar dari orang tuanya itu, mengaku sejak setahun peristiwa gempa, tsunami dan likuefaksi yang memporak-porandakan rumahnya dan warga lainnya itu, kini mulai bangkit dari keterpurukan bencana.
“Kejadian itu membuat luka yang sangat mendalam, saat kejadian itu saya kehilangan pamanku, tentunya ini sangat membuat kita sekeluarga sangat merasa kehilangan,” ungkapnya.
Jumiati bercerita, dirinya sangat bersyukur karena bisa selamat dari terjangan gelombangan tsunami yang saat itu menghantam dia dan warga lainnya. Setelah massa tanggapa darurat selesai, iapun bersama suaminya kembali mengelola tambak garam yang dimiliknya yakni sebanyak enam petak tambak garam.
Jumiati berharap adanya bantuan dari pemerintah berupa alat pompa air (alkon), demi membantu pengerjaan garamnya, sehingga hasilnya bisa lebih banyak lagi. PPL2