Sisa Tsunami Kini “Tak” Mengerikan Lagi

HLLLL

BESUSU BARAT- MERCUSUAR. Hamparan pantai, yang menyisakan puing-puing tanggul dan material anjungan, pepohonan yang kering, berdiri tegak diatas laut, sesekali basah dihempas gelombang ombak setinggi 50 cm, masih bisa menjadi bercerita, tentang keganasan gelombang tsunami enam bulan yang lalu.

Namun, saat ini, semuanya tidak lagi menakutkan bagi masyarakat, bahkan beberapa pantai yang lengkap dengan puing dan jejeran pohon kering menghitam, menjadi spot tersendiri, untuk para pegiat fotografi, atau mereka yang sekedar mengabadikan kemesraan, diantara “belantara” pohon kering dan gelombang yang sesekali menyapa tepian pantai.

Nian salah satunya, gadis manis pegiat fotografi, melihat sisa-sisa keganasan tsunami di sepanjang pantai, mulai dari Kelurahan Kampung Lere, kemudian Kelurahan Besusu Barat, sampai di Kelurahan Talise, dia selalu mencari objek yang bisa dijepret, dan kemudian melepasnya di beberapa media sosial.

“Pohon kering, puing-puing  yang berserakan sepanjang pantai, jika kemudian diambil dari angle yang tepat, bisa juga menghasilkan foto yang eksotis,” ujarnya.

Bahkan katanya lagi, untuk pepohonan kering yang diterpa ombak, menjadi objek yang tidak perlu sentuhan olah digital, namun sudah menghasilkan gambar yang menarik.

Ada juga fotografer lainnya, yang terlihat di tepian pantai, lengkap dengan tripod, untuk mengambil gambar kondisi pantai, dengan pencahayaan yang sudah diatur, sehingga memaksimalkan hasil dijepret. Begitu juga beberapa kameramen video, pun tidak kalah gesitnya, untuk mengambil setiap momen yang terlihat menarik, ombaknya dan geliatnya, juga jejeran puing dan tentunya, lekukan garis pantai yang sudah mengambil “haknya”, yang dijadikan wahana wisata, sebelum tsunami.

Untuk selfi, ternyata disitu juga, memiliki daya tarik, bahkan beberapa ABG, mengklaim kalau bibir pantai, yang baru saja tersapu tsunami, lebih baik dari spot di tempat lain, sehingga mereka pun tidak lagi merasa takut dengan ombak yang tinggi, terkadang menimbulkan suara gemuruh.

“Hutan Kota sudah ramai, mungkin terlalu mainstream lah, nah di sini, dekat sisa tsunami, ternyata lebih menarik. Saya bersama teman-teman lainnya, suka datang kesini, karena melihat hasil foto di media sosial,” beber Deva.

Setidaknya sisa bencana yang belum disentuh secara maksimal, bisa menjadi objek wisata, dan yang terpenting adalah mampu memberikan hiburan dan peringatan abadi kepada manusia, tentang aturan hidup berdampingan dengan alam, dan tunduk kepada Sang Pencipta. (NDA)  

Pos terkait