PALU, MERCUSUAR-Kemudahan berinvestasi merupakan salah satu langkah nyata Gubernur Sulteng Longki Djanggola, selama memimpin daerah ini. Dalam konsep pemikiran gubernur, jika izin investasi mudah, maka akan ada efek positif terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Hal itu sudah terbukti dengan tingginya pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulteng, Ir Yanmar Nainggolan, CES, terkait terobosan yang dilakukan Gubernur Longki, selama menjadi pemimpin daerah. Menurutnya, salah contoh kemudahan investasi nyata adalah izin pertambangan untuk pembangunan yang berkelanjutan. “Kita bisa melihat beberapa perusahaan tambang yang memberikan dampak positif masyarakat dari segi ekonomi. Contohnya ada PT IMIP yang memperkerjakan ribuan tenaga lokal. Di sana, usaha kos-kosan begitu laku karena banyaknya pekerja tambang. Belum lagi dengan usaha rumah makan dan lain sebagainya,” katanya.
Keberadaan sejumlah tambang ini, kata Yanmar, tentu saja mendatangkan pundi-pundi bagi daerah. Katanya, pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor sumber daya mineral pada 2017 saja, mencapai Rp120 miliar. “Artinya dengan terbukanya investasi ini, sasaran keuntungan yang diberikan tidak lain adalah masyarakat,” jelasnya.
Sementara sektor lain yang menjadi penunjang pembangunan daerah, seperti sektor kelistrikan, juga menjadi perhatian gubernur. Ia mencontohkan, soal pergeseran konsep berpikir terkait energi fosil menjadi energi baru-terbarukan, yang ternyata mendapat respon positif dari gubernur. “Sulteng memiliki potensi besar sebagai penunjang kelistrikan, di antaranya PLTA Sungai Bongka, PLTA Sungai La’a, PLTA Sungai Lariang belum lagi dengan proyek PLTU dan PLTM. Saat ini PLN sedang membangun interkoneksi listrik di Sulawesi, dan Sulteng menjadi salah satu supplier utama,” terang Yanmar.
Sejumlah pembangkit tenaga listrik tersebut itu, lanjut Yanmar, merupakan potensi besar bagi Sulteng karena bisa menghasilkan daya hingga 700 megawaat. “Kabar baiknya lagi, dengan dibangunnya PLTA ini ada pajak air permukaan yang dibayarkan ke daerah, karena ada pemanfaatan air untuk memutar turbin,” katanya.
Yanmar memprediksi, dengan potensi di berbagai sektor ini, Sulteng bakal menjadi sentral beberapa industri kurun waktu sepuluh tahun mendatang. “Saya ambil contoh nikel, dimana penghasil utama di Indonesia adalah Sulteng. Nikel adalah bahan baku utama untuk industri baja. Nah, dengan suplai bahan baku dari kita, maka dunia akan tergantung pabrik-pabrik baja yang ada di daerah ini. Belum lagi produksi gas Donggi Senoro yang kini menjadi terbesar ketiga di Indonesia,” tandasnya. FIT