BIROBULI UTARA, MERCUSUAR- Sulteng masih jadi salah satu daerah penyumbang pernikahan anak tertinggi di Indonesia meski Usia Kawin Pertama (UKP) rata-rata Sulteng per SDKI 2017 sudah bergerak naik.
“Ini merupakan pertanda remaja (Sulteng) sudah bergerak maju ke arah positif dan mungkin suatu saat remaja akan mengucapkan selamat tinggal nikah anak dan selamat datang cita-cita,” tutur Asisten Administrasi Umum, Hukum dan Organisasi H. Muliono, SE.Ak, MM, saat membuka FGD Pencegahan Pernikahan Dini Pascabencana Pasigala, belum lama ini, di ruang pola BKKBN Sulteng.
Ia melanjutkan, selain menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi, bencana di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) ikut melahirkan masalah-masalah baru termasuk pernikahan dini, pelecehan anak dan perempuan di kalangan penyintas baik yang mendiami huntara maupun shelter.
“Pernikahan dini merusak generasi bangsa, jangan sampai membawa kita kena bencana lainnya yaitu bencana demografi,” kata Muliono.
Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng Tenny C. Soriton, S.Sos, MM menyampaikan, beberapa waktu lalu, masyarakat Sulteng dikejutkan dengan viralnya pemberitaan mengenai tindakan pemerkosaan yang dilakukan di shelter pengungsian. Olehnya melalui kesempatan itu, Tenny mengajak seluruh masyarakat agar memaksimalkan peran Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja, agar kedepan kejadian seperti itu tidak terjadi lagi.
“Dari PIK Remaja, kita dapat mengaungkan dan menggencarkan program genre, karena PIK-R mengunakan pola pendekatan dari dan untuk remaja, sehingga diharapkan program ini dapat menekan angka pernikahan anak,” jelasnya.
Sementara Direktur Ketahanan Remaja Pusat, Eka Sulistia Ediningsih menambahkan, kegiatan atau pertemuan itu, bukan untuk menggali kembali kesedihan atas bencana yang terjadi beberapa waktu lalu, melainkan justru ingin mengambil pembelajaran dari kejadian tersebut, khususnya penanganan yang dimulai dari keluarga dalam melakukan pertahanan pascabencana.
“Pembelajaran itu, perlunya sebuah keluarga memiliki kelentingan yakni kemampuan keluarga untuk bertahan dan kembali kepada keadaan semula pada saat terjadi kemalangan,” jelasnya.
Ketua Merial Institut drg. Muh. Arif Rasyid selaku narasumber mengatakan hasil FGD akan jadi input yang disampaikan ke pokja kepemudaan di tingkat nasional. Terlepas dari kasus pernikahan dini, Ia juga menambahkan bahwa Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) Sulteng dalam beberapa tahun terakhir terus menurun bahkan di 2018, Sulteng menempati rangking 4 dari bawah sehingga jadi konsennya untuk diperbaiki. AMR/*