SIGI, MERCUSUAR- Sebanyak 7 rumah dari 34 rumah di Dusun III dan IV (Sedaunta) Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, hanyut diterjang banjir bandang Selasa (13/8/2019) malam.
Kepala Dusun Sedaunta, Rusbin mengatakan, akibat banjir itu, ada sekitar 34 rumah yang terdampak, di antaranya 6 rumah rusak berat dan 7 rumah hanyut terbawa banjir.
“Selain rumah ada juga beberapa fasilitas umum yang terdampak atau masuk lumpur, seperti rumah ibadah dan sekolah satu atap TK dan Paud, juga Puskesdes,” ujarnya.
Dia mengatakan, bencana banjir bandang Sungai Sedaunta itu, baru pertama kalinya terjadi sejak dia tinggal di wilayah yang dihuni 47 KK (Kepala Keluarga) dengan 174 jiwa itu.
Sementara salah seorang warga, Ifa (19) mengungkapkan, kejadian itu sekitar pukul 20.00 wita, akibat curah hujan yang cukup deras dan berlangsung lama.
“Memang sudah hujan dari sore sekitar jam 4 sore sampai malam hujannya,” jelasnya.
Kemudian, Ifa melanjutkan, pukul 20.00 wita, dia mendengar bunyi gemuruh yang disusul dengan padamnya listrik. Ifa dan keluarganya pun langsung mengungsi ke lokasi yang cukup tinggi di dusun itu. Tidak lama kemudian banjir bandang pun menghantam rumahnya dan beberapa rumah warga lainnya.
“Ada beberapa rumah hanyut dibawa banjir, termasuk rumahnya omku dan rumah nenekku, sementara rumahku rusak berat,” jelasnya.
Camat Kulawi, Roly Bagalatu mengatakan, saat ini bahwa warga setempat membutuhkan tenda untuk mengungsi, begitu pun selimut, tikar, logistik makanan dan minuman serta air bersih. Olehnya perlu juga dibangun posko pengungsian bagi warga setempat, terutama warga yang hilang rumahnya.
10 Titik Longsor
Sementara Kapolres Sigi, AKBP Wawan Sumantri, mengatakan di sepanjang ruas jalan yang menghubungkan Desa Salua dan Desa Namo, terdapat 10 titik longsor, yang mengakibatkan arus kendaraan menjadi terhambat. Bahkan personel Polres Sigi bersama TNI, turun langsung membantu pengendara yang sepeda motornya tertanam lumpur.
“Kita sudah mendapat informasi banjir sejak semalam, lalu menurunkan sejumlah personel untuk membantu warga, khususnya para pengendara sepeda motor yang terperosok lumpur akibat longsoran,” jelas Kapolres.
Ada tiga wilayah permukiman warga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, diterjang banjir pada Selasa (13/8) sekitar pukul 18.00 Wita dan sempat menghambat arus lalulintas kendaraan yang melintas dari arah Kota Palu menuju Kulawi dan sebaliknya.
“Tapi dalam bencana alam itu tidak ada korban jiwa,” kata seorang pejabat di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi, Gayus Sampe kepada Antara Palu, Rabu (14/8).
Ia mengatakan, belum diketahui secara detail dampak yang ditimbulkan oleh bencana banjir tersebut karena masih sedang diinventarisasi oleh petugas yang ada di lapangan.
Yang jelas, kata dia, wilayah yang terdampak banjir ada tiga yakni Dusun Sadaunta, Desa Namo, dan Desa Sapo, Kecamatan Kulawi.
Banjir terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Kulawi Raya yang terdiri atas empat kecamatan yakni Kulawi, Kulawi Selatan, Pipikoro, dan Lindu.
Pemkab Sigi, katanya telah menyalurkan berbagai logistik bahan makanan kepada para korban di tiga wilayah terdampak banjir.
Dilaporkan, banjir bandang terjadi di Dusun IV Sadaunta, Desa Namo, Kecamatan Kulawi yang menyebabkan sejumlah rumah warga hanyut terbawa arus.
Banjir disertai material lumpur juga dikabarkan memutus jalan poros Palu-Kulawi dan terjadi longsor di Desa Salua, Kecamatan Kulawi. Akibatnya sejumlah kendaraan terjebak.
Sementara Kepala BPBD Provinsi Sulteng, Bartholomeus Tandigala mengatakan Kabupaten Sigi merupakan daerah yang paling tinggi terjadinya bencana alam banjir dan longsor.
Sigi memang termasuk daerah yang cukup rawan bencana alam. Selama beberapa bulan terakhir ini, Kabupaten Sigi dilanda bencana banjir. Banjir bandang terbesar terjadi di Kecamatan Dolo Selatan dan Gumbasa yang mengakibatkan ratusan rumah warga rusak berat dan tertimbun material pasir dan limbah kayu serta sempat memutuskan akses jalan provinsi antara Desa Saluki dan Desa Tuva.
Jalan aspal sepanjang ratusan meter di Desa Saluki-Tuva Kecamatan Gumbasa saat banjir bandang tersebut dibawah arus sehingga harus membuat jalan baru dengan mengikis tebing/gunung dan kebun masyarakat guna menormalkan kembali jalur satu-satunya yang selama ini menghubungkan Kulawi Raya dengan Palu, ibu kota Provinsi Sulteng.
Sementara di Palu sendiri, lanjut dia, sudah sebulan terakhir dilanda musim kemarau. Kondisi cuaca di wilayah Sulteng memang berbeda-beda. Contoh di Palu cuaca panas, tetapi di kabupaten-kabupaten justru hujan.AMR/BAH/AJI