PALU, MERCUSUAR –Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulteng (Sulteng) menyatakan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di wilayah itu pada Maret 2018 yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,346.
Angka itu relatif stagnan jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2017 yang sebesar 0,345.
“Sementara itu jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar 0,355, angka tersebut turun sebesar 0,009 poin,” kata Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sulteng Mohammad Wahyu Yulianto kepada sejumlah jurnalis di kantor BPS Sulteng, Senin (16/7/2018).
Ia mengatakan, Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2018 sebesar 0,370 atau turun dibanding Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar 0,379, tetapi naik dibanding Gini Ratio September 2017 sebesar 0,367. Sementara di daerah perdesaan Gini Ratio pada Maret 2018 sebesar 0,307 atau turun dibanding Gini Ratio Maret 2017 sebesar 0,309 maupun Gini Ratio September 2017 sebesar 0,313.
Pada Maret 2018, kata Wahyu, distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 19,54 persen. Artinya, pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah.
Jika dirinci menurut wilayah, tingkat ketimpangan baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan berada pada kategori rendah.
Menurutnya, di perkotaan angkanya tercatat sebesar 17,44 persen, sementara untuk daerah perdesaan angkanya tercatat sebesar 21,53 persen.
Sementara itu, nilai Gini Ratio Sulteng selama periode September 2013-Maret 2018 terus mengalami fluktuasi, mulai Maret 2015 hingga Maret 2018 nilainya cenderung menurun. Kondisi itu menunjukkan bahwa selama periode Maret 2015-Maret 2018 terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran di Sulteng.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, lanjutnya, Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2018 adalah 0,370 atau menurun 0,009 poin dibanding Maret 2017 0,379, tetapi naik sebesar 0,003 poin dari September 2017 sebesar 0,367.
Untuk daerah perdesaan, Maret 2018 Gini Ratio adalah sebesar 0,307 atau turun 0,002 poin dibanding Maret 2017 sebesar 0,309 serta turun 0,006 poin dibanding September 2017 sebesar 0,313.
Ia menyebutkan, beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat ketimpangan pengeluaran selama periode September 2017-Maret 2018, diantaranya adalah berdasarkan data Susenas tercatat bahwa kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan penduduk kelompok 40 persen terbawah dan 40 persen menengah meningkat lebih cepat dibanding penduduk kelompok 20 persen teratas.
Kenaikan rata-rata pengeluaran per kapita Maret 2017-Maret 2018 untuk kelompok penduduk 40 persen terbawah, 40 persen menengah dan 20 persen teratas berturut-turut adalah sebesar 5,80 persen, 2,15 persen, dan 1,23 persen.
Kemudian menguatnya perekonomian penduduk kelas menengah (kelompok 40 persen menengah) tidak terlepas sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur dan lebih kondusifnya pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Selanjutnya, kenaikan pengeluaran kelompok bawah yang merefleksikan peningkatan pendapatan kelompok penduduk bawah tidak lepas dari upaya pembangunan infrastruktur padat karya, dan beragam skema perlindungan dan bantuan sosial di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan lainnya yang dijalankan oleh pemerintah. HAI/*