PALU, MERCUSUAR – United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan PBB untuk Pembangunan bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) meluncurkan program cash-for-work.
Dalam keterangan tertulis, program cash-for-work merupakan pemberian bantuan
dana tunai sebagai bayaran dari pekerjaan membersihkan reruntuhan bangunan
akibat bencana tsunami dan gempa bumi yang melanda Sulteng.
“Pembersihan reruntuhan merupakan salah satu bagian terpening dari operasi
bantuan atas bencana. Tindakan yang segera kami lakukan terkait tata kelola
reruntuhan dan infrastruktur adalah dengan memprioritaskan daerah-daerah
penerima bantuan kemanusiaan,” tutur UNDP Indonesia Country Director
Christophe Bahuet.
UNDP rencananya menggelontorkan dana senilai 1,4 juta dollar AS atau senilai Rp
21,2 miliar (kurs Rp 15.200 per dollar AS).
Program cash-for-work dan pemulihan merupakan program yang bertumpu pada
pengalaman UNDP dalam merekonstruksi Nepal pasca gempa, serta Filipina yang
diterjang badai Pablo pada 2012.
“Kami harapkan program ini membantu para warga untuk segera pulih,”
tambahnya.
Direktur ROA sekaligus penanggungjawab proyek Cash for Work, Moch. Subarkah
mengatakan, ROA mendapatkan tugas menjalankan program tersebut di desa
Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.
“Saat ini program Cash for Work atau yang lebih akrab disebut padat karya sudah
berjalan di desa Lolu dengan melibatkan 100 orang pekerja yang semuanya
merupakan warga desa Lolu yang menjadi korban gempa,” kata Subarkah.
Subarkah yang akrab disapa Abal ini mengatakan, program padat karya yang dijalankan ROA di desa Lolu fokus melakukan pembersihan reruntuhan bangunan yang rusak, bahkan ada beberapa rumah yang dibongkar karena sudah rusak parah dan hancur.
“Program ini tentu memberikan manfaat yang cukup besar bagi para korban, sebab selain bangunan rumah mereka yang dibersihkan, mereka yang juga menjadi korban mendapatkan upah dari pekerjaan tersebut,” ujarnya.
Abal juga menambahkan bahwa para pekerja terdaftar dalam BPJS ketenagakerjaan, sehingga jika terjadi kecelakaan kerja mereka bisa mendapatkan jaminan kecelakaan kerja (JKK) dari BPJS.
Sementaraitu Kepala Desa Lolu, Tarmin mengapresiasi apa yang dilaksanakan oleh UNDP bekerjasama dengan ROA Sulteng.
Menurutnya, setelah bencana gempa bumi yang terjadi 28 September 2018 lalu, sebagian besar warganya kehilangan mata pencaharian, sementara kebutuhan hidup mereka cukup banyak.
“Selaku Kepala Desa, saya mengucapkan terimakasih banyak, sebab dengan adanya program padat karya ini warga saya bisa terbantu dan bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya,” ujarnya.
Tarmin menambahkan, bahwa 90 persen bangunan rumah di Desa Lolu mengalami rusak berat bahkan ada yang hancur. Warga tentunya tidak dapat membersihkan sendiri reruntuhan rumahnya tanpa bantuan warga lainnya, sehingga dengan adanya program padat karya, reruntuhan rumah bisa dibersihkan bahkan dibongkar.
“Program ini sangat membantu kami di Desa Lolu, selain reruntuhan bangunan rumah kami sudah di bersihkan dan bahkan dirobohkan, warga kami juga mendapatkan upah,” kata Tarmin.
Sumar Yono (47) warga RT 6 Desa Lolu mengaku sangat terbantu dengan program padat karya yang diluncurkan UNDP bekerjasama dengan ROA Sulteng, sebab tanpa adanya bantuan tersebut, bangunan rumahnya yang hancur tidak bisa dibersihkan.TIN