PALU, MERCUSUAR – Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu melaksanakan Rapat Kerja (Raker) tahun 2019, dilaksanakan di luar Kota Palu, tepatnya di Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat.
Rombongan peserta raker beserta rektor dan para wakil rektor berangkat dari kampus biru Unismuh Palu menuju Pasangkayu, Raker dihadiri Bupati Pasangkayu, juga oleh unsur Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Wakil Rektor 1 Unismuh Palu, Dr Rafiuddin Nurdin, MP mengatakan sengaja memilih lokasi itu, karena selain bertujuan untuk menemukan suasana baru, juga agar para peserta rapat bisa lebih fokus di rapat karena jauh dari rumah mereka.
Karena dalam rapat ini ada sejumlah hal yang penting dan butuh keseriusan peserta rapat. Sebab akan mengevaluasi program kerja yang disusun di tahun sebelumnya, dan juga akan menyusun program kerja tahun akademik 2019/2020.
Rafiuddin juga mengatakan, bahwa dalam rapat kerja ini, peserta juga akan membahas lima pedoman sekaligus, yakni pedoman akademik, peraturan akademik, tata kelola dan organisasi, kemudian standar operasional prosedur, dan pedoman penerimaan mahasiswa baru.
Usai rapat rapat, hasil rapat kerja akan disusun dan dirumuskan oleh tim perumus yang sebelumnya dibentuk lalu diparipurnakan, setelah itu di senatkan untuk legalitasnya.
“Intinya ini, kita ingin memperbaiki kinerja mencapai visi misi pak rektor, semoga akan semakin baik, maju, sejajar dari kampus maju lainnya,”harap Rafiuddin. Belum lama ini.
Sebelumnya, Warek 1 ini juga sempat mengatakan, jika di raker ini salah satu topik bahasannya adalah Kurikulum Mitigasi Bencana. Hal tersebut sebagai bentuk respon atas instruksi Menristekdikti M. Nasir pada semua Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta agar memasukan mitigasi bencana ke dalam kurikulum mereka di tahun 2019 ini.
Selain itu, mitigasi bencana juga dinilai telah menjadi kebutuhan lokal Sulawesi Tengah dan Kota Palu khususnya, karena daerah ini adalah salah satu daerah paling rentan mengalami bencana alam di Indonesia sebab dilewati salah satu sesar paling aktif di dunia, yakni sesar Palu Koro.
Terlebih berdasarkan pengalaman 28 September 2018, Kota Palu dan sekitarnya diguncang gempa bumi 7,4 SR disusul tsunami dan likuifaksi, mengakibatkan korban ribuan jiwa, dan sebagian besar diantaranya disebabkan oleh minimnya pengetahuan mitigasi bencana.UTM