PALU, MERCUSUAR – Dua orang mahasiswa dari Filipina yang melakukan praktek mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Madani Palu, atas kerjasama Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu dengan The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) dalam Program SEA Teacher, masa tugasnya telah berakhir.
Keduanya dalam waktu dekat akan pulang ke negaranya, setelah berada di Palu dan mengajar di SDN Madani Palu kurang lebih satu bulan, terhitung sejak tanggal 12 Agustus hingga 6 September 2018, keduanya adalah Melicado Rocel Ann dan Harvey John B Alegasin, masing-masing berasal dari West Visayas State University Filipina.
Perpisahan akan dilakukan di Aula Rektorat Unismuh Palu, hari ini, Jumat (7/9/2018) dan berangkat ke negaranya, Sabtu, (8/9/2018).
Sekretaris Kantor Urusan Internasional (KUI) Unismuh Palu, Ernitasari menjelaskan, jika kegiatan Program SEA Teacher ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang tergabung dalam SEAMEO, melakukan peraktek mengajar sebagai guru di negara-negara Asean.
Unismuh Palu adalah salah satu dari sekian banyak perguruan tinggi yang tergabung dalam SEAMEO, dan juga telah mengirim dua orang mahasiswanya dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) untuk mengajar ke Thailand selama kurang lebih satu bulan.
“Ini intinya pertukaran mahasiswa antar negara yang tergabung dalam SEAMEO,” jelas Ernitasi, Jumat (6/9/2018).
Namun kata Ernitasari, mereka mengajar di dalam kelas tidak dilepas begitu saja, mereka tetap dalam pengawasan dan penilaian oleh dosen yang telah ditunjuk oleh perguruan tinggi tujuan. Seperti di Unismuh Palu, kedua mahasiswa dari Filipina ini mendapatkan pengawasan dan penilaian dari dua orang dosen yang ditunjuk, masing-masing Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unismuh Palu Nadrun dan Ernitasari sendiri.
Sementara itu, Harvey John B Alegasin mengaku, selama mengajar di SDN Madani Palu sangat menantang, karena anak-anak di sekolah tersebut berbeda bahasa dengan dirinya, di mana anak-anak yang diajar itu menggunakan bahasa Indonesia sementara dia sendiri belum begitu memahami bahasa Indonesia, sehingga mereka berusaha agar anak-anak yang diajar itu dapat mengerti dengan apa yang mereka sampaikan, meskipun ia menggunakan bahasa Inggris.
Namun dengan bantuan alat peraga yang ia buat, itu bisa memudahkan anak-anak mengerti apa yang Ia sampaikan itu.
Di sisi lain, ia juga merasa senang selama mengajar di sekolah ini, karena bisa mengenal banyak budaya, selain juga banyak mengetahui Bahasa Indonesia. Begitu juga dapat lebih mengenal kurikulum yang digunakan di Indonesia, karena di Indonesia untuk SD semua mata pelajaran saling terintegrasi, berbeda dengan di Filipina, tidak saling terintegrasi.
Di tempat yang sama, Melicado Rocel Ann juga mengaku mengalami sedikit kesulitan saat mengajar di dalam kelas, sebab harus berhadapan dengan anak-anak kelas 1 SD, selain masih bermasalah dengan bahasa juga tingkat kenakalannya agak lebih tinggi. Berbeda dengan Harvey John B Alegasin yang mengajar di kelas VI, sudah lebih mudah diatur dibanding dengan kelas 1.
Namun ia melihat, jika anak-anak yang diajar tersebut senang kepada dirinya saat dia memberikan materi di depan kelas, bahkan anak-anak berharap dirinya lebih lama lagi di sekolah itu. UTM