TONDO, MERCUSUAR – Universitas Tadulako (Untad) berkesempatan menjadi tuan rumah dalam peresmian penandatanganan nota kesepahaman, bertempat di Aula Fakultas Kedokteran Untad, Senin (20/5/2024). Kegiatan ini dihadiri oleh Rektor Untad, Rektor Universitas Alkhairaaat (Unisa), Rektor Universitas Widya Nusantara, Rektor STIA Panca Marga, perwakilan Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA) Provinsi Sulteng, para Dekan Untad, serta sivitas akademika Untad.
Rektor Unisa, Dr. Muhammad Yasin, S.E., M.P, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Untad telah melaksanakan kegiatan tersebut.
“Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk momen bersejarah bagi kami dalam mempererat kekeluargaan. Untad menjadi tuan rumah sekaligus tempat kami menambah ilmu dan menjadi tonggak perguruan tinggi yang ada di Sulteng, sekaligus menjadi pengayom bagi perguruan tinggi lainnya,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Widya Nusantara, Dr. Tigor H. Situmorang, M.H., M.Kes dalam sambutannya mengatakan, hal ini sejalan dengan harapan, bagaimana membangun putra putri Sulteng bisa memperoleh masuk ke perguruan tinggi yang sesuai minatnya.
“Dengan ini, kami membutuhkan kerja sama dengan Untad,“ ujarnya.
Kemudian, Ketua STIA Panca Marga, Dr. Dewi Cahyawati Abdullah, MM mengatakan, perguruan tinggi ini tidak lagi menjadi kompetitor, tetapi dia akan menjadi mitra. Oleh karena itu kata dia, dengan sangat memahami serta menghayati adat istiadat yang kita junjung tinggi, maka perbedaan-perbedaan di antara kita akan direduksi oleh kesamaan dalam bertutur kata maupun berperilaku.
Dalam momen itu juga, Sekretaris BMA Provinsi Sulteng mengatakan, penting untuk menjaga adat dan tradisi yang harus dijaga.
“Kiranya ini menjadi perhatian pihak-pihak instansi perguruan tinggi sama-sama membantu menjaga kearifan lokal berbudaya khususnya di Sulteng,” ujarnya.
Rektor Untad, Prof. Dr. Ir. Amar, ST., MT., IPU., Asean Eng dalam sambutannya mengatakan, hal seperti ini bisa kita gagas bersama di antara universitas, apalagi berkaitan dengan pengembangan MBKM. Ini akan bisa menjadi bagian pembelajaran bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa pertukaran yang menjadikan budaya sebagai pembelajaran,” tutupnya. */JEF