Untad Latih Guru SMAN 2 Palu Manfaatkan AI dalam Pembelajaran

PALU, MERCUSUAR – Universitas Tadulako (Untad) menggandeng SMAN 2 Palu melaksanakan program pemberdayaan guru melalui pelatihan dan pendampingan pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Program yang berlangsung selama delapan bulan ini bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus mencegah penyalahgunaan AI di lingkungan sekolah.

Tim pengabdian masyarakat Untad dipimpin Dr. Haryono Pasang Kamase, S.E., M.Sc., Ak. dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, bersama Dr. Yusdin Bin Mahmudin Gagaramusu, Lc., M.Ed. dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, serta Dr. Nurhayati, S.H., M.H. dari Fakultas Hukum. Program ini melibatkan 14 guru dari lima mata pelajaran umum dengan dukungan mahasiswa Untad sebagai pendamping lapangan.

“Survei awal menunjukkan sebagian besar guru masih merasa tertinggal memahami dan menggunakan AI, sementara 80 persen siswa sudah akrab dengan teknologi tersebut tanpa pengawasan memadai. Hal ini menimbulkan risiko plagiarisme dan berkurangnya kreativitas. Karena itu, program ini hadir untuk memperkuat kapasitas guru sekaligus menjaga integritas akademik,” jelas Dr. Haryono.

Rangkaian kegiatan meliputi sosialisasi, pelatihan teori dan praktik pemanfaatan AI (seperti ChatGPT, Quillbot, dan Otter.ai), pendampingan implementasi di kelas, hingga penyusunan panduan etika penggunaan AI bagi siswa. Selain itu, guru juga dikenalkan pada alat deteksi plagiarisme, strategi monitoring, serta evaluasi berbasis pre dan post-test.Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan signifikan. Rata-rata nilai pre-test sebesar 22,17 (kategori “cukup – perlu bimbingan”) meningkat menjadi 31,77 (kategori “sangat baik – role model”).

Wakil Kepala Sekolah SMAN 2 Palu, Mutmainnah Kamase, S.Pd., M.Pd., mengapresiasi manfaat program tersebut.

“Melalui program ini kami lebih terampil menggunakan AI untuk mendukung proses pembelajaran. Platform seperti ChatGPT memudahkan penyusunan materi ajar, mind map, maupun ilustrasi. Namun kami juga belajar pentingnya validasi materi dan etika akademik agar siswa tidak sekadar bergantung pada AI,” ujarnya.

Program ini merupakan bagian dari skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (PBM) yang didanai Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Riset dan Pengembangan, Kemendikbudristek tahun anggaran 2025. Hasil akhir diharapkan melahirkan modul, panduan etika penggunaan AI, serta model pembelajaran berbasis AI yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. */HAI

Pos terkait