Namun, sayangnya koperasi di Indonesia banyak yang tumbang pasca reformasi tahun 1988 karena pemerintah tidak lagi memberikan ruang yang cukup untuk menjalankan usahanya. Di Sulawesi Tengah sendiri, dari 2.000 koperasi yang ada, kini hanya tersisa kurang dari 1.000 unit. Meskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah mencapai 13,06 persen, jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 5 persen, hal ini tidak sebanding dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Ini karena koperasi tidak lagi menjadi tulang punggung ekonomi rakyat seperti sebelum reformasi, di mana masyarakat Sulawesi Tengah sebagai masyarakat agraris masih mengandalkan koperasi sebagai tempat perputaran ekonominya.
Melalui rangkaian kegiatan Harkopnas ke-77 tingkat Sulawesi Tengah tahun 2024 ini, diharapkan dapat menjadi media konsolidasi organisasi dan penyusunan program serta rencana oleh pengurus untuk mewujudkan langkah-langkah strategis dalam memberdayakan gerakan koperasi melalui kerja sama dengan pemerintah daerah demi meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Ketua PUSKUD Sulteng yakin bahwa jika koperasi kembali hidup dan berkembang seperti di masa Orde Baru, khususnya Koperasi Unit Desa dan gerakan koperasinya maju, maka ekonomi Sulawesi Tengah akan semakin bergairah karena koperasi akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan.
“Sudah jelas bahwa koperasi bisa bertumbuh dan berkembang jika diiringi dengan keberpihakan negara. Untuk itu, tema Hari Koperasi kali ini menjadi penting, untuk mengembalikan marwah koperasi sesuai amanat konstitiusi,” ujarnya. JEF