PALU, MERCUSUAR – Pasca gempa bumi, tsunami dan likuifaksi, masyarakat perlu mewaspadai wabah berbagai penyakit antara lain Ispa maupun penyakit yang disebarkan oleh vektor atau hewan yang menjadi perantara menularnya penyakit, seperti lalat, nyamuk dan kecoa.
Sebagaimana yang dikeluhkan Naryo, warga Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara. Ia mengaku saat ini mulai banyak lalat di tempat-tempat pengungsian.
Dansatgaskes yang tergabung dalam Kogasgabpad, Laksamana Pertama dr. Nalendra, SpB-BTKV, menjelaskan memang belum ada penonjolan yg signifikan akibat vektor ini, namun dengan banyaknya lalat dan nyamuk terutama di tempat pengungsian harus diwaspadai akan menimbulkan dampak penyakit. Disamping itu dengan banyaknya puing-puing reruntuhan bangunan serta kondisi lingkungan yang belum bersih bisa memunculkan penyakit akibat vektor ini.
Melihat kondisi ini, Pangkogasgabpad, Mayjen TNI Tri Soewandono, memerintahkan Dansatgaskes untuk berupaya mencegah timbulnya vektor tersebut melalui tindakan penyehatan dan disinseksi yang bertujuan mengendalikan atau membunuh vektor perantara penularan.
Upaya yang saat ini terus dilalukan adalah dengan melakukan pengecekan sampel air dan fogging. Menurut Dansatgaskes, pihaknya telah melkukan pengecekan sampel air dan fogging oleh Tim Gabungan.
Tim 1 yang merupakan gabungan dari personel TNI dan Balai Teknis Kesehatan Lingkungan Manado, melaksanakan sampling pengambilan air di sekitar daerah likuifaksi Patobo. Hal ini menurut Dansatgaskes guna memastikan kelayakan kondisi air di sekitar daerah likuifaksi.
Sedangkan Tim II, melaksanakan fogging di daerah Mamboro, Lawalae, Kakentina, Pantoloan dan Wani Donggala. Fogging dilakukan dengan obat anti vektor nyamuk dan lalat oleh Tim gabungan TNI, Kantor Pelabuhan Balikpapan, Tarakan, Manado, Dinkes Provinsi Sulteng dan BBTKL Ambon.
Menurut Pangkogasgab kegiatan ini terus dilakukan untuk menjamin terhindarnya masyarakat dari penyakit pasca bencana akibat vektor terutama yang masih berada di tempat pengungsian. FIT