PALEMBANG, MERCUSUAR- Kontingen Indonesia boleh berbangga berada di deretan teratas pengumpul medali emas bersama raksasa Asia seperti China, Korsel, Jepang dan Iran di multi even Asian Games 2018 Jakarta Palembang. Sejauh ini Indonesia telah merebut 12 emas dan berada diperingkat kelima, berada satu tingkat dibawah Iran dan melangkahi Korea Utara.
Tapi, nama Sulawesi Tengah juga turut andil atas pencapaian itu, karena satu dari 12 emas tersebut ada andil putra daerah asal Kabupaten Sigi, yakni Rio Rizky Darmawan. Seperti diketahui, Rio bersama tujuh pedayung lainnya yang berasal dari Sultra, Jatim, Jabar, Jakarta dan Riau mempersembahkan medali emas kesembilan sekaligus emas pertama di cabor dayung dari nomor Rowing Mens Lightweight Eight LM8+ di arena Dayung Sport City Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan.
Tak pelak keberhasilan itu langsung menyeret nama Sulteng dalam setiap kabar berita yang dimuat media-media on line, TV nasional, surat kabar lokal maupun nasional. Bahkan mungkin juga media asing, pesaing Indonesia di Asian Games. Hal yang unik dari profil Rio yang lahir pada 27 November 1998 di Desa Tompi Bugis, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, justru tak sedikitpun terlintas dalam benaknya untuk menekuni Dayung. Bahkan atlet eks binaan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sulteng dan alumni Smanor Tadulako Sulawesi Tengah ini tak sedikitpun mengenal dayung karena desa kelahirannya tak punya danau apalagi laut. Tapi memang Rio sudah ditakdirkan untuk menjadi pedayung yang menjadi andalan daerah maupun negara Indonesia.
Secara fisik, Rio paling menonjol dengan usia yang baru SMP pada saat itu. Postur tubuh yang proposional menjadi satu keunggulannya sehingga Dinas Pemuda dan Olahraga Sulteng mengajaknya untuk berlatih di PPLP menekuni olahraga dayung.Tapi, harus diakui bahwa prestasi Rio semakin matang sejak berada dalam gemblengan pelatih timnas Rowing asal Belanda, Boudewijn van Opstal di pemusatan latihan nasional.
Medali emas di Asian Games yang diraih Rio dkk sejatinya bukan sebuah “kejutan” karena hal itu sudah sejalan dengan hasil positif selama try out di Belanda jelang tampil di Asian Games.
Berbicara putra daerah Sulteng di Asian Games tak hanya tentang Rio Rizky Darmawan, terdapat juga nama Aspar Jailolo di cabor Panjat Tebing. Aspar yang ditargetkan merebut emas di nomor Men’s Speed akhirnya hanya bisa meraih medali perunggu setelah kalah bersaing dengan atlet China Qixin di semifinal dengan selisih wakut satu detik saja.
Aspar sendiri memiliki prestasi yang cukup membanggakan. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat 2016, putra kelahiran Desa Wani 1, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala ini merebut emas di nomor speed world record perorangan putra, speed world record tim putra dan speed world record tim campuran. Tak hanya sampai di situ, Aspar merebut emas dan perunggu di Asian Championship Iran 2016. Atlet yang terkenal dengan rambut ala Mohawk itu juga rebut medali perak di ajang Internasional Federation of Sport Climbing (IFSC) World Cup 2017 di Cina.
Tapi, semua cucuran keringat yang keluar dari kerja keras Aspar dalam dua tahun terakhir justru di saat dirinya membela panji DKI Jakarta, bukan tanah kelahirannya, Sulawesi Tengah. Namun demikian masyarakat Sulteng harus bangga punya Aspar karena dirinya masih bangga dan lantang menyebut asli Wani 1 Donggala.
Masih ada tiga nama lain asal Sulteng yang berada dalam rombongan 937 atlet yang bertanding di 40 cabor. Mereka adalah Akyko Michell Kapito (Kabupten Poso) dan Nur Isni Cikita (Kota Palu) di cabor sepaktakraw serta Abdul Rahman Darwin asal Kabupten Sigi yang bertanding di cabor taekwondo nomor poomsae beregu putra. Sayangnya prestasi ketiganya belum bisa memberikan hasil maksimal bagi merah putih. CLG