IMIP Gelar Pelatihan Pengolahan Buah Mangrove

IMIP-4736cbb6
PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) memberikan rangkaian pelatihan pengolahan buah mangrove menjadi komoditas jual selama lima hari (23-27 Juni 2022), kepada masyarakat Desa Matansala dan Desa Tofuti, Bungku Tengah, Morowali, Sulawesi Tengah. FOTO: IMIP

BUNGKU, MERCUSUAR  – PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) memberikan rangkaian pelatihan pengolahan buah mangrove menjadi komoditas jual selama lima hari (23-27 Juni 2022), kepada masyarakat Desa Matansala dan Desa Tofuti, Bungku Tengah, Morowali, Sulawesi Tengah. 

Di antara materinya, masyarakat di dua desa tersebut diajarkan bagaimana proses membuat selai, sirup, manisan, kopi dan sabun, serta kerajinan tangan lainnya dari buah mangrove.

Wakil Bupati Morowali, H Najamuddin yang ditemui usai membuka kegiatan itu, Jumat (24/6/2022) mengatakan, hal seperti ini baru pertama kali dilakukan di Morowali, kolaborasi antara pemerintah Kecamatan Bungku Tengah bersama dengan PT IMIP. 

“Jadi kita tidak hanya mengandalkan apa yang kita miliki, tetapi ada inovasi-inovasi baru yang kita buat, kemudian ini bisa menambah pendapatan perekonomian masyarakat. Tentu kita berharap, semoga bisa sampai pada produk yang siap dipasarkan. Berkelanjutan terus. Kita juga nanti akan menyiapkan beberapa sertifikat, sehingga apa yang dibuat ini bisa dipasarkan keluar Morowali,” jelas H Najamuddin.

Sementara, Legal and Govrel PT IMIP, Askurullah mengatakan, tujuan pelatihan pengolahan mangrove tersebut adalah sebagai program pemberdayaan masyarakat dari PT IMIP. Produk-produk olahan mangrove diharapkan mampu memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat di dua desa tersebut (Desa Matansala dan Desa Tofuti) yang diberikan kepada ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

“Kita sudah seringkali melakukan penanaman mangrove di beberapa wilayah, kemudian kita juga sudah melaksanakan pameran mangrove. Kita melihat ada potensi mangrove yang sangat luar biasa di Morowali ini. Bagaimana kita mengajak masyarakat memelihara mangrove itu. Kita berpikir harus ada nilai sisi ekonomis di situ. Makanya kita melihat apa yang bisa kita jadikan bahan ekonomi kreatif. Kita lihatlah potensi ini,” jelas Askurullah. 

Lebih lanjut ia mengatakan, disadari bahwa kendala dari produk lokal itu pada pemasaran.  Konsultan yang dilibatkan ini (Griya Anyar Dewata dari Provinsi Bali), diharapkan juga memberikan pelatihan sampai pada tahap pemasarannya. Tak kalah pentingnya, peranan dari media massa untuk turut serta memasarkan melalui informasi-informasi yang bermanfaat.

“Luasan mangrove di sini (tracking mangrove Desa Matansala) seluas 24 hektar. Mungkin ke depan teman-teman dari CSR bisa berpikir bagaimana supaya mangrove ini dapat bisa lestari bahkan luasannya bisa bertambah,” kata Askurullah. */BBG

Pos terkait